Courtesy of dongeng1001cerita.blogspot.com |
service office jakarta .adv - Namun si nenek masih mempunyai harta warisan peninggalan orang tuanya berupa ladang, namun tidaklah terlalu luas untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Tenaganya yang tersisa untuk menggarap ladang tidaklah kuat dalam kondisi umurnya yang membuatnya hanya sekedar saja dia bekerja di ladang, sementara waktu luangnya dia pergunakan untuk istirahat dirumah.
Dalam istirahatnya, si nenek sering berkhayal tentang seorang anak yang terlahir dari rahimnya sambil berdoa siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Seorang anak yang akan membantunya dalam mengerjakan atau menggarap ladangnya serta tidak akan selelah sekarang badannya jika ada anak yang membantunya.
Siang hari yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, dia hanya duduk melepas lelah didepan gubuknya dengan khayalan melayang kemana-mana tentang kehadiran seorang anak.
Dia tidak lepas-lepasnya berdoa kepada Tuhan supaya cita-citanya terkabul, sungguh permintaan yang tidak mungkin terkabul menurut ukuran pikiran manusia dalam usia yang sudah ujur juga dia tidak bersuami.
Tapi tidak menurut ukuran sang pencipta alam semesta, yang tidak mungkin terjadi menurut manusia tidak mustahil bagi tangan Tuhan yang menguasi alam ini.
Tiga hari si nenek berturut-turut berdoa dan kelainan terjadi dalam perutnya seperti merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak saja, Tuhan telah memberikan jawaban atas doa sang nenek selama ini, kini dia sedang hamil mengandung seorang bayi dalam rahim kandungannya.
Maka, seisi kampung pun telah digegerkan dengan berita yang menurut semua warga sangatlah mustahil terjadi tentang seorang nenek-nenek yang sudah tua namun bisa hamil serta tidak bersuami pula.
"Apakah mungkin si nenek telah melalukan hal yang tidak benar atau tak senonoh dengan seorang lelaki penduduk kampung desa, si nenek menjadi topik pembicaraan hangat seluruh penduduk."
Banyak sudah orang-orang sekitar rumahnya yang mencemoohkan keadaannya sekarang, namun sang nenek tetap bersabar dengan semua ejekkan tersebut malah hatinya semakin yakin saja akan kebesaran Tuhan yang telah mengatura jalan terbaik bagi kehidupannya dan bayiyang ada didalam kandungannya kini.
Dan pada suatu malam, terdengarlah teriakan dari dalam rumah gubuk reot milik sang nenek, telah waktunya sang bayi yang dikandungnya lahir kedunia Fana ini.
Tentu saja semua tetangga yang berdekatan pada mendatangi rumah reot tersebut hendak membantu persalinan sang nenek tua.
Namun belum juga orang-orang yang mau membantu masuk kerumah sang nenek, suara sang jabang bayi telah terdengar dengan tangisannya tanda sang anak bayi telah lahir kedunia tanpa dibantu seseorang pun dari tetangganya.
Namun alangkah sangat memprihatinkan kondisi badan sijabang bayi dengan bentuk tubuhnya yang mirip sekali dengan seekor katak, dengan sendiri semua penduduk menjadi bertanya-tanya.
Bahan ejekkan untuk mencemoohkan pun terjadi lagi, "Mungkin si nenek yang kesepian tersebut telah bersenonoh dengan katak sehingga bayinya mirip seekor katak."
Dan akhirnya sang nenek bercerita kepada seluruh warga yang kebetulan ada dirumahnya tentang semua yang telah terjadi, perihal riwayat putranya sampai mengandung janin serta sekarang lahir kedunia ini dengan selamat.
Semua tetangga atau warga yang hadir ada dirumah si nenek mendengarkannya dan percaya, namun ada pula sebagian yang tidak percaya mengenai penuturan semua kejadian yang dialami sang nenek tua tersebut itu, tergantung pribadi masing-masing dari mana mereka semua dalam cara menanggapinya.
Para tetangga pun akhirnya pada pulang kerumahnya masing-masing, tinggal sang nenek sambil melihat sang bayi lelakinya yang memang terlahir mirip seekor katak, namun hatinya sangat sayang sekali terhadap sang anak bayi tersebut.
"Hatinya berjanji akan merawatnya dengan kasih sayang dan cinta tulus seorang Ibunda terhadap anak lelaki yang terlahir dari dalam rahimnya."
Waktu begitu cepat berlalu tidak terasa dua puluh tahun sudah sang nenek tua bersama anak lelaki satu-satunya hidup besama, orang-orang kampung desa memanggil sang anak dengan sebutan Bujang Katak karena badannya yang mirip katak dengan begitu sang pemuda telah mempunyai nama dari sebutan orang-orang kampung.
Bujang katak sangatlah rajin dalam mengurus ladang bersama ibunda tercinta, tidak pernah dia keluar rumah untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya, hidupnya setiap hari dia gunakan untuk mengurus ladang rumah serta ibunda tercinta.
Betapa bahagianya dia kini bersama sang anak yang sangat rajin dan sayang terhadap dirinya yang memang sudah sangatlah tua renta, sang ibu pun tidak pernah bercerita mengenai siapa dirinya sang bujang katak.
Tetapi pada suatu hari sang anak Bujang Katak ketika istirahat dari pekerjaan ladangnya bertanya tentang negerinya yang hanya tahu dari kabar angin saja kepada sang ibu, nenek-nenek tua.
Maka sang ibu pun bercerita tentang negeri Kerajaan yang dipimpin seorang Raja yang mempunyai tujuh orang putri yang semuanya sangatlah cantik-cantik dan semuanya belum bersuami.
Mendengar cerita tersebut maka Bujang Katak pun berkhayal dengan cerita sang ibunda tentang dirinya untuk menjadi suami dari salah satu putri Raja yang akan menjadi pendamping hidupnya sampai akhir hayatnya.
Pada akhirnya semua khayalan tentang keinginan hatinya dia ungkapkan juga kepada sang ibunda tercinta, alangkah terkejutnya sinenek tua akan keinginan sang anak Bujang Katak yang kedengarannya mustahil jadi kenyataan dengan kondisi tubuhnya seperti seekor katak.
Namun hampir setiap hari dengan tidak ada bosan-bosannya sang anak memohon ibunya untuk datang ke istana menyampaikan lamaran kepada Baginda Raja yang berkuasa saat itu.
Sang nenek tua pun akhirnya pergi juga ke Kerajaan untuk menyampaikan keinginan anaknya melamar salah satu putri Raja yang cantik-cantik untuk anaknya sekedar dari rasa penasarannya.
Pagi-pagi sekali dia pun telah berangkat ke Kota Raja untuk menemui Raja di istana Kerajaan yang cukuplah jauh jarak perjalanan dari rumahnya.
Namun setelah sampai di Kerajaan sang nenek tidak ada keberanian langsung untuk bicara dengan sang Raja, maka dia pun bersenandungkan sebuah pantun bahasa daerah.
"Te,,,,sekate menajdi gelang. Pe,,,,setempe nek madeh urang,,,"
Pantun itu pun di mengerti sang Raja, Baginda pun memanggil ke tujuh putrinya kehadapan sang nenek tua untuk berkenalan.
Tetapi betapa malang nian nasib sang nenek tua ini bukannya disambut dengan sikap ramah dan sopan santun dari keeanm putri Raja kecuali satu putri bungsu.
Keenam putri Raja meludahi badan nenek dengan pandangan mata yang begitu rendah melihat sang nenek tua dengan baju kumalnya mereka begitu menghinanya.
Namun putri bungsu bersikap lain dia berlaku sangat sopan terhadap sang nenek tua serta dia sendiri tidak tahan melihat semua perlakuan kakaknya yang berlaku tidak sopan terhadap orang tua.
Maka sang nenek tua pun pulang kerumahnya dan bercerita kepada sang anak Bujang Katak tentang semua kejadian yang menimpa dirinya ketika dia ada di Istana Kerajaan.
Mendengar sang Ibunda berkata demikian tentu saja sang Bujang Katak menjadi sedih hatinya sang Ibu diperlakukan tidak sopan oleh keenam putri Raja, namun hatinya sangat yakin tentang satu harapan kepada putri bungsu yang tidak betindak seperti kakak-kakaknya, dia yakin akan menerima lamarannya menjadi istrinya nanti.
Maka besok paginya sang nenek datang kembali langsung ke Istana bersama Bujang Katak yang punya niat untuk melamar putri bungsu langsung.
Raja dan seluruh pengawal tertawa melihat sang pemuda yang berbadan mirip katak ingin menjadi suami dari salah satu putrinya, Raja sangat yakin semua putrinya akan menolok lamaran pemuda tersebut.
Dan ketika ketujuh putri Raja telah berada didepan sang pemuda Bujang Katak hal serupa yang dialami seperti ibunya terjadi kepada pemuda berbadan mirip katak tersebut lagi-lagi sang putri bungsu yang tidak melakukan tindakkan meludahi kepada sang pemuda.
Putri bungsu ingin rasanya menerima lamaran pemuda tersebut, namun dia tidak berani berkata kapada Ayahanda sang Raja dia merasa malu untuk berkata-kata.
Melihat hal tersebut Raja pun mengerti tentang maksud anaknya, serta tingkah laku putri bungsu yang tidak ikut meludahi sang pemuda.
Sang Raja akhirnya memberikan kesempatan kepada sang Bujang Katak untuk mendapatkan putri dengan satu syarat yang sangat berat dan tidak mungkin terjadi.
"Baiklah aku menerima lamaran yang engkau ajukkan anak muda, namun ada syaratnya!" berkata sang Raja.
"Syarat apakah yang Tuan Raja ajukkan?" bertanya Bujang Katak.
"Engkau harus membuat jembatan dari emas yang panjangnya antara rumahmu sampai istanaku!" seru sang Raja sambil tertawa.
"Baiklah Tuanku Raja, hamba akan melaksanakan membuatkannya," sahut Bujang Katak dengan sangat yakin sekali.
"Tapi ingat anak muda waktumu hanyalah tujuh hari tujuh malam saja!" seru Raja kembali berkata.
Sang nenek tua sangat sedih mendengar persyaratan yang diajukkan sang Raja yang tidak mungkin akan menjadi kenyataan sampai kapan pun dan yang lebih sedih lagi mengapa anaknya sanggup membuatkan jembatan tersebut.
"Kau tahu anakku jika engkau gagal membuat jembatan emas tersebut maka nyawamu pun akan terancam," kata sang nenek kapada anaknya.
"Saya tahu bu! namun Ibu tenang saja kalau memang sang putri Raja adalah jodohku semuanya akan berjalan dengan cepat dan sangat mudah, yakinlah akan semua ini," kata sang anaknya Bujang Katak.
Setelah sampai di rumah sang Bujang Katak kembali menyakinkan Ibunya tentang syarat yang menurut Ibunya tidak mungkin, dan esok paginya dia pun berangkat menuju suatu tempat yang sunyi ditengah hutan untuk bertapa tidak lupa dia pun meminta dulu doa restu dari sang Ibunda tercinta.
Melihat kegigihan sang anak, sang nenek tua hatinya sangat terharu sekali ingin rasanya air mata keluar menetes namun dia masih bisa menahan, jangan sampai terlihat sang anak yang mau berangkat pergi bertapa.
Sudah enam hari dia berada ditempat sunyi yang berada di tengah hutan, namun kejadian aneh atau kejadian apa pun tidak ada yang terjadi tetapi hatinya tetap saja tenang, dia semakin khusu berdoa kepada Tuhan sang Pencipta alam semesta.
Dan dihari terakhir yang direncanakan yaitu hari ketujuh seluruh kulit tubuhnya yang mirip katak menjadi berwarna kuning.
Dan selanjutnya seluruh kulit badannya mengelupas serta badannya menjadi tegak tidak mirip lagi seekor katak, kini dia telah berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan sekali.
Tangan Tuhan telah ikut campur membuat yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Tuhan itu adalah hal yang begitu mudah sekali untuk diwujudkan.
Sang pemuda Bujang Katak kini telah berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan dan tentu saja dia sendiri sangatlah senang hatinya tidak henti-henti rasa syukur terucap dari mulutnya.
Dan dengan segera dia pun memunguti semua kulit yang tadi mengelupas, namun secara mendadak kulit tersebut telah terkumpul menjadi batangan emas yang begitui banyak sekali.
Dengan tidak menunggu lama, malam itu pun dia bersama sang Ibunda menyusun seluruh batangan emas untuk membuat satu jembatan dari rumahnya menuju istana Kerajaan.
Dan besok harinya sang Raja kedatangan kembali sang perempuan tua bersama seorang pemuda yang begitu tampan wajahnya, lantas saja dia bertanya, "Siapakah pemuda ganteng yang berada disampingmu nenek tua?" katanya.
"Hamba Tuan Raja adalah Bujang Katak," yang menjawab pertanyaan Raja adalah sang pemuda tampan tersebut.
Mendengar jawaban sang pemuda tentu saja sang Baginda Raja kaget bukan kepalang, kemudian dia pun segera memanggil putri bungsu kehadapannya.
Putri bungsu pun sangat bahagia sekali mendapati sang pemuda yang berwajah tampan tersebut adalah Bujang Katak yang dahulu badannya mirip seperti katak.
Akhirnya mereka berdua pun resmi menjadi suami istri yang berbahagia. Dan kakak-kakak dari sang putri bungsu menjadi sangat menyesal mendapati semua ini mengapa mereka semua menolak serta meludahi sang pemuda yang kini ternyata seorang pemuda yang berwajah begitu menarik hati.
Dan mereka berkeyakinan bahwa pemuda yang mirip katak tersebut adalah jelmaan dari seekor katak yang kini telah berubah menjadi pemuda yang berwajah begitu ganteng.
Maka dengan marah-marah mereka kakak-kakaknya dari putri bungsu menyuruh beberapa pelayan istana untuk menangkap katak-katak yang berada di sawah, lalu mereka menyimpannya satu orang satu dalam lemari bajunya serta berharap suatu saat akan berubah menjadi sang pangeran tampan.
Tentu saja beberapa hari kemudian taktkala mereka membuka lemari pakaian, bau busuk menyeruak dari dalam lemari pakaian tersebut, mereka pada berteriak lari menuju tempat sang Ayahanda yang sedang santai di beranda istana Kerajaan.
Sang Raja Ayahanda mereka, menghukum mereka keenam putrinya untuk membersihkan kamarnya masing-masing tanpa bantuan pelayan-pelayan Istana Kerajaan.
Usia sang Raja yang semakin tua membuat pemerintahan yang dipimpinnya menjadi tidak bisa diawasi dengan baik maka untuk itulah kini sang Raja memilih sang Bujang Katak untuk menjadi Raja selain orang yang jujur juga sang Bujang Katak ternyata sangatlah baik hatinya.
Bujang katak akhirnya dinobatkan menjadi Raja. Dia memimpin Kerajaan dengan adil dan bijaksana disamping putri bungsu yang juga sangat baik hati dan peyayang terhadap siapa pun. Kerajaan kini dipimpin seorang Raja muda yang bijak.
Raja Bujang Katak hidup bahagia bersama permaisuri cantik dan sang Ibunda yang telah melahirkannya kedunia, meraka semua selalu bersyukur atas semua yang diberikan sang maha pencipta Tuhan.
lemari asam .adv - Maka janganlah engkau menilai seseorang itu dari penampilannya saja dan tetaplah santun terhadap siapa pun. Usaha, kerja keras dan selalu berdoa dengan khusu mohon petunjuk sang Maha Kuasa Tuhan itulah jalan yang terbaik menuju keberhasilan atau sukses.
Sekian.
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment