Courtesy of global.liputan6.com |
Kala itu sang ayah dari anak ini tersebut sedang pergi ke kota untuk membeli bibit gandum yang akan ditanam pada musim tanam pada bulan musim tanam dan sang ayah akan pergi cukup lama sekitar tiga hari ke depan barulah pulang.
Tentu saja semua keperluan untuk adik-adiknya tercinta menjadi tanggung jawab penuh Aicha sebagai anak perempuan paling besar di rumah tersebut, karena sang ibu tercinta telah meninggal dunia.
Dari mulai merapihkan atau bebenah rumah, mengasuh adik-adiknya, sampai keperluan makan atau memasak kini menjadi tanggung jawab yang harus dikerjakan setiap hari oleh anak perempuan tersebut.
Seperti hari itu, setelah rumahnya rapih dia pun beranjak ke dapur untuk memasak makanan yang akan dia santap bersama adik-adiknya nanti malam.
Namun apa yang terjadi dengan sangat kaget dia pun mengusir seekor kucing tetangga yang sedang asyik memakan bahan makanan yang telah dipersipakan untuk dimasak telah habis sudah dimakannya.
"Hus,....., hus hus hus!" seru anak gadis Aicha mengusir sang kucing yang sedang asyik makan dengan lahapnya.
"Waah habis sudah bahan makanan yang aku letakkan di atas meja ini, untung masih banyak tersedia di lemari penyimpannan," bisiknya menghibur diri.
Namun ketika dia telah siap kembali mau memasak ternyata persedian batubara telah habis, "Bagaimana ini?" tanyanya kepada dirinya sendiri. "Aku harus cepat memasak karena hari beranjak sore," katanya lagi.
Akhirnya setelah merapihkan bahan makanan yang telah dikeluarkan tadi, dia pergi ke rumah tetangganya untuk meminjam batubara dan nanti dia akan mengembalikannya tatkala sang ayah telah pulang dari kota.
Dengan langkah sangat cepat dan terburu-buru Aicha pergi ke rumah tetangganya yang paling dekat jaraknya dengan rumahnya untuk meminjam batubara, tetapi sama rumah tersebut pun tidak ada persediaan batubara, akhirnya Aicha ke rumah lainnya untuk meminjam batubara tetapi jawabannya sama tidak ada juga.
Sudah hampir tiga dua rumah tetangganya dia datangi namun mereka semua tidak punya stok batubara untuk dipinjamkan kepadanya, tinggal satu rumah yang belum dia datangi dan rumah tersebut letaknya cukup jauh diujung kampung tepat di jalan yang jarang dilalui orang lain selain orang yang tinggal di rumah tersebut.
Dan banyak sudah cerita seram yang mengatakan bahwa pemilik rumah tersebut adalah milik seorang penyihir yang suka memakan daging anak manusia.
Cerita ini pun telah lama didengar dari zaman dia masih kecil ketika sang ibunya masih ada, dia pun melarang Aicha dan anak-anak kampung yang lainya bermain dekat dengan rumah sang penyihir tersebut.
Namun demi adik-adiknya tercinta, dia terpaksa nekad juga memberanikan diri melangkahkan kakinya ke rumah tersebut. Sesampainya di depan pintu, Aicha mengetuk pintu rumahnya dengan perlahan.
"Siapa? masuk saja tidak dikunci!" masuk saja tidak dikunci jawab orang di dalam rumah dengan suara cukup bergema yang sangat seram sekali terdengar saat itu.
Setelah terdengar jawaban orang dari dalam rumah yang menyuruhnya masuk, dengan sangat hati-hati Aicha pun masuk kedalam rumah tersebut, benar saja disetiap dinding rumah tersebut terpampang lukisan-lukisan besar menyeramkan dan benda-benda aneh yang mungkin biasa digunakan untuk alat menyihir.
"Apa keperluanmu hingga datang kerumahku?" bertanya seorang lelaki tinggi besar dengan tatapan matanya yang melotot tajam menambah seramnya suasana saat itu.
"Begini bapak! saya datang kesini hanya ingin meminjam batubara untuk memasak kerana ayahku sedang pergi ke kota, nanti setelah dia kembali aku akan gantikan kembali," jawab Aicha menjelaskan keperluannya.
"Baiklah! engkau boleh mengambilnya dibelakang secukupnya," jawab sang lelaki pemilik rumah tersebut dengan tatapan matanya tidak lepas seperti menusuk tajam sekujur badan Aicha.
Setelah mendapatkan batubara, Aicha pun lalu pamit dan cepat-cepat pulang ke rumahnya tetapi karena perasaannya diikuti sang lelaki penyihir, dengan cepat Aicha berlari meninggalkan tempat tersebut.
Setelah merasa dia meninggalkan jauh sang penyihir dengan cepat Aicha menggali lubang sedalam-dalamnya dan setelah menggali lalu menutup lubang galian dengan ranting-ranting juga daun-daun kering diatasnya.
Sehingga tidak nampak bahwa di bawah dedaunan kering yang terhalang ranting-ranting tersebut ada sebuah lubang yang cukup dalam untuk menjebak sang penyihir yang suka memakan daging anak manusia.
Sang penyihir yang ketinggalan jauh dari buruannya, dia terus mengejar dengan langkah-langkah panjangnya mencoba menyusul anak perempuan tersebut, dia tidak tahu jebakkan maut telah menghadang didepanya.
Maka tanpa ampun sang penyihir terjerebag masuk ke dalam lubang tersebut dengan sangat kaget dan terkejut dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dengan segera sang anak perempuan pemberani manghampiri tempat tersebut lalu dengan cepat membakar dedaunan kering tersebut dan sekaligus ranting-ranting itu ikut menyala juga, tamatlah kini riwayat sang penyihir jahat yang suka memakan daging anak manusia.
Kini Acha dengan sangat tenang pulang ke rumah untuk memasak hidangan yang akan disantap nanti malam bersama adik-adik tercintanya.
Kampung tempat tinggal Aicha pun kini telah aman dan damai karena momok yang menakutkan penduduk kampung telah tiada atau mati, Aicha sang anak perempuan pemberani telah berjasa dengan keberaniannya.
Keberanian untuk berbuat benar adalah tindakkan yang sangat terpuji maka jadilah anak pemberani dengan menggunakan segala kepintaranmu. Untuk menjadi anak yang pintar kita harus sering membaca dan banyak belajar.
Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment