Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Wednesday, August 3, 2016

Si Kembar - Dongeng Afganistan

Courtesy of www.tribunnews.com
dongeng anak dunia - Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang wanita yang tidak bisa memiliki anak, karena sang suaminya telah lama meninggalkan dia dan tidak pernah kembali lagi. Suatu hari dia merasa begitu sedih, sengsara dan kesepian dan dia akhirnya memutuskan untuk pergi dan menemui seorang dukun, sang wanita berharap dia dapat memiliki bayi atas bantuan sang dukun sakti tersebut. Dukun berkata, "Bagaimana saya membantu Anda Memiliki bayi ? Sementara anda sendiri tidak bersuami saat ini!" Dia terus memohon untuk melakukan segala daya upaya kepada sang dukun sakti tersebut. Pada akhirnya, dia pun  sang dukun mengalah, "Ok, baiklah!" katanya, "saya akan melihat apa yang bisa saya lakukan, tetapi itu tidak akan mudah, dan anda harus merahasiakan semua ini untuk menjaga reputasiku dengan baik" kata sang dukun tegas. Dia memberikan kepada wanita itu tiga limau dan menyuruhnya untuk membawanya pulang ke rumahnya.

"Harus pada akhir setiap hari," kata sang dukun, "selama tiga hari ke depan, sebelum Anda pergi istirahat tidur, pastikan Anda sudah mandi, cuci tangan Anda secara menyeluruh dan mengambil salah satu limau kemudian dipotongnya menjadi dua bagian lalu memerasnya, buatkan jus kemudian anda habiskanjus tersebut, gosokkan pada perut Anda dan paha anda serta tangan anda bekas perasan jeruk tersebut secara merata," kata petuah dari sang dukun detil.

Wanita itu mengikuti petunjuk sang dukun sakti dengan sama persis. Setelah beberapa minggu, ia melihat bahwa perutnya dan pahanya semakin besar. Dia menjadi khawatir, dan kembali untuk mengunjungi sang dukun lagi untuk meminta nasihatnya. Dia mengatakan padanya untuk tidak perlu khawatir, ini adalah tanda-tanda bahwa sihir itu bekerja. "Anda akan mengalami proses ini yang dinamakan kehamilan dan anda akan baik-baik saja tidak perlu khawatir," kata sang dukun menenangkan hati sang wanita. Lalu tuturnya, "setelah terlahir dan anak-anak besar nanti, dan mulai bertanya-tanya tentang ayah mereka anda harus memberitahu mereka bahwa ayah mereka adalah antelop bermata satu." kata sang dukun.

Seiring waktu berlalu, dia mendapati usia kandungannya telah sembilan bulan, paha kirinya mulai membuka dan bayi laki-laki melompat keluar. Lalu perutnya terbuka dan seorang bayi perempuan melompat keluar. Dia sangat senang bahwa akhirnya dia menjadi seorang ibu, dan untuk beberapa waktu mereka hidup bahagia seperti keluarga normal. Dia sebut anak lelakinya dengan sebutan Atta, dan anak perempuannya disebut Attakuma, alangkah bahagianya sang ibu dengan kehadiran sang anak-anak tersebut, hilanglah kini rasa sunyi bagi dirinya. Waktu terus berjalan, kedua anaknya kini tumbuh dewasa, mereka menjadi tidak terkendali sangat keras kepala. Mereka selalu melakukan apa yang mereka sukai dengan tidak bertanggung jawab dan jarang sekali menuruti perintah serta kemauan sang wanita tersebut sebagai Ibunya.

Suatu hari ketika anak kembarnya yang telah berusia sekitar sepuluh tahun, wanita itu berkata kepada mereka berdua, "Ayahmu bukanlah manusia, dia adalah antelop dengan satu mata" katanya. "Jika engkau berdua pergi berburu dan kalian menemukan kijang bermata satu janganlah membunuhnya mungkin saja dia adalah ayahmu." Anak-anak pun berjanji mereka tidak akan membunuh sejenis kijang antelop bermata satu jika mungkin mereka menemukannya.

Suatu hari si kembar pergi berburu ke hutan, mereka berjalan benar-benar jauh mencari daging binatang buruan. Mereka menghabiskan sepanjang hari mencarinya namun tidak menemukan hewan buruan, kemudian mereka memutuskan untuk kembali pulang walaupun dengan tangan kosong.
Mereka kembali jalan untuk pulang, namun ditengah perjalanan pulang mereka bertemu kijang bermata satu. Atta mengatakan kepada adiknya: "Lihatlah ukuran kijang itu! Mari kita menembak itu dan membawanya pulang," kata Atta. "Tidak,.... tidak! Abangku, ingat kata ibu kita," kata Attakuma. "jika kita menembak itu, kita mungkin akan membunuh ayah kita sebab kijang itu bermata satu," kata Attakuma.

Atta berpaling ke adiknya dan mendengus. " Apa! kamu percaya hal itu? Bagaimana bisa ayah kita seekor binatang, itu tidak mungkin sekali," jawab Atta tegas. "Itu mungkin saja sebab ibu yang berkata, masa ibu berbohong kepada kita," sahut Attakuma. Dengan tidak menhiraukan kata-kata sang adik dan nasihat ibunya, dia mengangkat busur dan menembak kijang mata satu tepat dihatinya. Binatang itu tewas seketika, Ttapi hewan itu begitu besar dan berat sehingga tidak mungkin bagi mereka untuk membawanya.

Mereka harus membuat beberapa tali, diikat bulat hewan tersebut dan menyeretnya sepanjang perjalanan kembali ke rumah. Ibu mereka belum kembali dari pasar, sehingga mereka mulai memasak makanan yang lezat. Ketika ibu sampai di rumah, dia sangat senang melihatanak-anaknya telah mendapatkan daging untuk dimakan dan meletakkan segera makanan tersebut ditempat yang biasa. Lalu mereka pun memasaknya tapi setelah beberapa gigitan, pikirnya daging ini terasa seperti bukan daging kijang, kemudian dia memanggil anak-anaknya, "Apakah daging yang engkau bawa itu daging kijang atau bukan, sebab rasanya tidak seperti daging kijang? Apakah itu daging antelop bermata satu? tanya sang ibu. "Ya ibu!" jawab Atta. Sang ibu menjerit dan melemparkan makanan tersebut. "Oh Tuhan, Oh Tuhan, dukun memperingatkan saya tentang hal ini. Apa yang harus saya lakukan, saya sakit dan sangat lelah, anak-anak ini tidak pernah mendengarkan kata-kata saya dan nasehat saya, mereka tidak mematuhi saya," ratap sang wanita itu sangat sedih.

Hari berikutnya ia pergi keluar dan membeli dua kursi. Kursi tersebut ia pesan di Mister Death, dan menjelaskan kepadanya bahwa dia akan mengirimkan anak kembarnya bersama untuk mengambil kursi.

"Ketika mereka sampai di sini nanti," katanya, "saya ingin Anda untuk menangkap mereka dan mengikat mereka dengan tali ketika mereka mencoba kursi-kursi ini," setelah mereka berdua setuju, akhirnya sang wanita pulang ke rumahnya.

Sesampainya dirumah, sang wanita mengatakan kepada anak-anaknya bahwa dia baru saja membeli dua kursi untuk mereka, tetapi karena terlalu berat baginya untuk dibawa, jadi dia meninggalkannya di toko pedagang. Untuk itu si kembar berangkat untuk mengambil kursi dari pedagang, ketika mereka sampai di rumah Death, ia mengatakan kepada si kembar untuk duduk dan menunggu sementara dikursi yang telah dibelinya, bapak kematian pergi ke belakang untuk mengambil tali.
Setelah mendapatkan tali, bapak Death mencoba untuk mengikat mereka di kursi tersebut, namun karena gerakkannya terlalu cepat dan cerdas mereka berhasil melarikan diri, dan kembali ke rumah. Mereka mengatakan kepada ibu mereka apa yang telah terjadi, "Orang jahat mencoba membunuh kita!" Kata Attakuma. "Tidak! tidak ada orang jahat," kata sang ibu. "Kalian telah membuatnya marah dengan kelakuan yang tidak benar dari kalian!" bentak sang ibu marah. Sebenarnya sang ibu marah karena rencananya tidak berhasil.

Beberapa hari kemudian dia mencoba lagi, kali ini ia membeli beberapa roti dan meninggalkannya dengan Death, kemudian meminta anak kembarnya untuk mengambilkan kembali untuknya. Tapi Attakuma punya rencana, dia mengatakan kepada kakaknya untuk pergi ke depan rumah Kematian, dan meminta roti. Sementara itu Attakuma berkeliling ke belakang rumah dan menemukan seutas tali. Dia tahu bapak Kematian akan datang dan mengambil tali tersebut untuk mengikat Atta, jadi dia menunggu di atap rumah lalu menyimpannya, dan ketika bapak kematian datang menemui atta di luar, dia melompat dari atas atap menerkam bapak kematian lalu mengikatnya.

Dalam perjalanan pulang, Atta mengatakan kepada adiknya, "Ibu kita sedang mencoba untuk menyingkirkan kita berdua. Kita harus meninggalkan desa sebelum ia berhasil dengan rencana-rencana berikutnya. "Mereka memutuskan untuk kabur dari rumah, tapi mereka yakin bahwa ibu mereka akan datang untuk mencarinya, untuk itu mereka harus segera menemukan cara menghentikkannya.

Keesokan harinya, sementara ibu mereka bekerja di pasar, mereka menggali lubang besar di halaman belakang, di mana sang ibu selalu mencuci pakaiannya. Mereka menutupinya dengan beberapa cabang dan beberapa daun, dan mengisi ember dengan air. Di sisi lain, mereka menyiapkan makanan dan menunggu ibu mereka pulang. Setelah dia makan, Attakuma berkata kepadanya, "Kami telah mengisi ember dengan air untuk mandi, dan meninggalkannya di luar di halaman belakang rumah seandainya ibu mau mandi," Ibu mereka sangat terkejut mendengar anak perempuan berbuat baik seperti itu, "terima kasih anakku sayang," katanya sangat bahagia.

Dia sang wanita tidak curiga apa-apa, dia pergi keluar ke halaman belakang untuk mandi. Dalam gelapnya malam itu, ia tidak melihat perangkap anak-anaknya sebuah lubang yang tertutup daun-daun. Atta dan Attakuma langsung meninggalkan rumah dan berjalan sepanjang malam. Mereka tahu bahwa salah satu tetangga akan menemukan ibu mereka segera, dan mereka ingin pergi dari rumahnya sejauh yang mungkin mereka berdua bisa lakukan.

Keesokan harinya mereka menemukan sebuah gubuk kecil, di mana mereka menemukan seorang pria tua buta. Dia sangat tua, dan memiliki janggut putih panjang, dan ia sedang memasak beberapa makanan di depan gubuknya. Anak-anak berhenti, dan Atta berkata kepadanya: "Sayang sekali! Orang tua seperti Anda harus memasak makanan Anda sendiri! Apakah Anda tidak punya anak?” tanya Atta. "Anda bahkan tidak bisa melihat apa-apa," Orang tua berguman, "! Aku di sini sendiri. Orang lain meninggalkan desa sudah lama sekali."  "Baiklah Jangan khawatir orang tua, kami akan membantu Anda memasak makanan untuk Anda," kata Attakuma bocah perempuan itu menawarkan diri dengan kebaikkannya.

Jadi si kembar mengatur tentang memasak makanan, tetapi kemudian mereka makan semuanya sendiri, sementara orang tua buta tersebut duduk menunggunya. Setelah mereka selesai makan, mengisi mangkuk dengan air dan meletakkannya di depan orang tua. Mereka mengatakan kepadanya bahwa makanannya sudah siap dan dipersilahkan kepada orang tua tersebut untuk menikmatinya. Kemudian mereka berangkat meninggalkan tempat tersebut berjalan kembali meninggalkan orang tua miskin yang telah mereka tipu sambil tertawa-tawa.

Saat mereka berjalan pergi, mereka mendengar orang itu berteriak dan mengutuk mereka, tetapi mereka hanya tertawa kembali dengan nakalnya. Mereka terus berjalan melalui semak-semak belukar.

Keesokan harinya mereka bertemu dengan seorang wanita tua di sebuah peternakan kecil. Dia merangkak di tanah, menanam kacang tanah. Atta mengatakan kepadanya: "Anda tidak seharusnya bekerja di usia Anda yang sudah tua! Beri kami mangkuk dan kami akan menanam kacang tanah itu untuk Anda." Wanita tua itu sangat berterima kasih atas sedikit bantuan, dan ia dengan senang hati memberi mereka mangkuk. Dia tertawa: "Aku akan pergi dan duduk di sana di tempat teduh dan menonton Anda bekerja anak-anak baik" Si kembar mulai bekerja, Atta menggali lubang di tanah dengan tangan kosong, dan Attakuma mengikuti di belakang mengisi lubang dengan tanah dan mengambil kembali tanah yang tadi telah diletakkan sang wanita tua, dia lalu menempatkan atau menyembunyikan kacang dalam karung yang diikat di lehernya.

Setelah beberapa saat, mereka melihat bahwa wanita tua itu tertidur dan mereka melanjutkan kembali perjalanan kaburnya, kacang untuk makan malam telah mereka dapatkan. Ketika wanita tua itu terbangun, dia berkeliling untuk memeriksa pekerjaan anak-anak tadi, namun tidak dapat menemukan kacang di salah satu lubang dalam lahan tersebut. Dia tidak mengutuk anak-anak tersebut, tapi menyalahkan dirinya sendiri karean telahpercaya kepada gelandangan yang tidak dia kenal tersebut.

Hari berikutnya si kembar datang kepada wanita tua lainnya, duduk di luar gubuknya. Dia memiliki seorang gadis kecil di pangkuannya yang sedang terluka, dan dia sedang membersihkan luka tersebut. Si kembar mendekatinya untuk melihatnya lebih dekat. Attakuma berkata kepadanya, "Apa yang ibu lakukan ini salah! untuk membersihkan luka haruslah dengan air matang yang hangat!" seru Attakuma menerangkan kepada sang ibu tua. Dia memandang sekeliling dan melihat api membakar di sisi rumah. Atta mengambil ember dengan air, dan dipanaskan di atas api. "Kami akan menunjukkan cara untuk melakukannya," katanya, tertawa. Ketika air panas, dia membawanya dan meletakkan ember di tanah sebelah wanita tua. "Berikan aku bayinya," Atta mengatakan kepada perempuan itu, "kita akan mendapatkan dia dalam waktu singkat!" Atta berkata kembali kepada adiknya dan kemudian mengambil gadis dari pangkuan perempuan itu, dan memeluknya selama ember diisi dengan air panas.

Wanita tua tidak suka melihat ini, dan dia melompat menyambar tongkatnya. Saat dia melakukannya, dia menendang ember, dan air panas tertumpah di kakinya yang sangat panas sekali. Dia mulai berteriak marah lalu mengayunkan tongkatnya ke kepala Attakuma namun tidak kena, Atta menjatuhkan gadis kecil dipangkuannya dan dia pun lari menyusul Attakuma sambil tertawa. Wanita tua itu marah, dan memutuskan untuk mengikuti mereka sehingga dia bisa mengajarkan mereka dan memberikan pelajaran.

Pertama ia membungkus beberapa kain tua disekitar kaki yang tersiram air panas, lalu dia teringat gadis kecil cucunya yang telentang dijatuhkan Atta. Tapi hatinya begitu marah bahwa dia bertekad untuk menghajar mereka kapan pun waktunya. Untuk itu dia lalu pergi menemui dukun tua yang tinggal didekat rumahnya, dan menceritakan apa yang telah terjadi. Dukun tua setuju bahwa ini tidak bisa dibiarkan, anak-anak jahat harus dihukum.

Dia memberikan tongkat kepada wanita tua, dan mengatakan, "Ketuk tongkat ini di tanah tiga kali, dan Anda akan dapat melihat jejak kaki mereka, untuk menunjukkan mereka pergi kemana. Cukup ikuti saja jejak kaki tersebut dan Anda akan menyusul mereka," kata sang dukun tua.

Di salah satu ujung tongkat tiga cabang kecil, satu ditutupi emas, satu di cowrie dan yang lainnya di kain kente. Wanita tua mengucapkan terima kasih, dan melanjutkan perjalanan kembali ke gubuknya, sehingga dia bisa menemukan jejak mereka. Ketika dia sampai di sana, dia memukul tongkat di tanah tiga kali, karena ia telah diberitahu, dan ujung tongkat mulai bersinar. Segera jejak kaki si kembar menjadi terlihat olehnya, dan dia pun terus mengikuti jejak kaki tersebut kemana pun mereka berdua si kembar pergi walaupun sekarang jaraknya masih terlalu jauh namun nanti mereka pasti akan tersusul dan ditemukan.

Si kembar telah beristirahat sedikit lebih jauh sepanjang jalan, ketika mereka mendengar wanita tua mendekat. Mereka tidak ingin wanita tua untuk menemukan mereka sehingga mereka memanjat pohon tertinggi supaya tidak di temukan dan bersembunyi di dedaunan lebat pohon tersebut. Tapi wanita tua itu melihat mereka, dan berjalan sampai ke pohon tempat mereka bersembunyi. Dia memukul batang pohon tiga kali dengan tongkat dukun sakti yang telah diberikan, dan seluruh pohon mulai mengorak. Si kembar tidak bisa bertahan dan keduanya terjatuh. Sebelum ia jatuh, Atta berhasil meraih karung yang berisi daun dan memeluknya sehingga ketika jatuh ke tanah ia tidak terluka karena terhalang karung daun. Tapi Attakuma tidak bergerak, dia hanya berbaring di sana seolah-olah mati. Atta mengambil daun dikunyah dari mulutnya, dan meremas beberapa jus di lubang hidung adiknya di mana ia segera sadar kembali.

Mereka lari secepat mereka bisa, wanita tua mengikuti terus dari belakang mereka dengan kecepatan lambat namun pasti akan menemukan mereka kembali. Saat mereka tiba di sebuah sungai yang sangat besar, mereka bisa saja membuat keluar disisi lain. Mereka tahu bahwa untuk melarikan diri dari wanita tua yang mengejarnya, mereka telah mambuat jalanan untuk melarikkan diri jadi terhalang.

Saat itu burung pemakan bangkai besar mendarat di tepi sungai. Mereka berlari ke burung dan meminta bantuan. "Kami sedang dikejar oleh seorang penyihir tua,” menjelaskan Attakuma, “dan dia ingin membunuh kami berdua! Kami harus mendapatkan ke sisi lain dari air sungai ini, tolong bantu kami!" Burung tersebut setuju untuk membantu mereka, dan mengatakan kepada mereka untuk naik di punggungnya. Dia terbang dengan mudah dan lebih di sisi lain sungai dalam waktu singkat. Setelah anak-anak turun dari punggungnya, Atta berkata, "Hati-hati jika Anda melihat ada wanita tua, dia mungkin meminta Anda untuk menyeberangkan juga, karena dia sang wanita tua penyihir tersebut sangat ingin mencelakai kami berdua, dia sangat jahat sekali!"

Attakuma memohon. "Jika dia meminta Anda, Anda harus mengatakan ya, tentu. Tapi kemudian pastikan Anda jatuhkan dia di tengah-tengah air!, Aku yakin dia tidak bisa berenang!" Burung tersebut hanya menyeringai. "Apakah kalian khawatir tentang saya," kata burung bangkai. "Aku cukup mampu menjaga diriku sendiri," Saat ia terbang kembali melintasi air sungai, si kembar memutuskan untuk tinggal sementara dan menyaksikan apa yang akan terjadi bila sang burung bangkai membawa terbang sang wanita tua dan menjatuhkan di tengah-tengah air sungai tersebut.

Burung bangkai kembali ke sisi lain sungai, dan di sana ia melihat wanita tua membawa cucunya di punggungnya, duduk di pasir. Terlihat luka-luka merah di kakinya yang tersiram air oleh ulah si kembar beberapa hari yang lalu. Dia menyapa dan bertanya apakah dia adalah orang mengejar anak laki-laki dan seorang gadis di semak-semak. Wanita tua menegaskan bahwa dia memang orang yang mengejarnya dan kemudian menjelaskan kepada burung bangkai apa yang telah mereka lakukan padanya dan cucunya. Dan dengan bantuan tongkat dukun sakti, dia telah mampu mengikuti mereka, burung bangkai tentu saja sangat terkejut dan setuju untuk membantu wanita tua memberikan pelajaran terhadap si kembar yang sangat nakal tersebut.

Dia lalu meminta untuk meminjam tongkat sihir, yang dia taruh di paruhnya yang kuat, dan pergi mencari sepotong besar bebatuan yang lebar. Dia segera menemukan sesuatu yang cocok, dan mengangkatnya dengan cakarnya yang sangat kuat. Kemudian ia terbang tinggi di atas air membawa tongkat di paruhnya, dan bebatuan lebar di cakarnya. Ketika dia berada di atas tengah air, ia menjatuhkan bebatuan tersebut, yang mendarat di air dengan percikan besar. Si kembar berada di sisi lain dari tepi sungai menonton burung bangkai. Mereka melihat dia menjatuhkan benda berbentuk besar, dan mereka mengira bahwa benda tersebut adalah wanita tua. Mereka bersorak keras, dan menyaksikan burung bangkai berjalan ke arah mereka. "Terima kasih Burung bangkai! Engkau telah memberikkan pelajaran atas kejahatan perempuan tua itu !" teriak mereka berdua gembira.

Burung bangkai sekarang melayang di atas mereka dengan tongkat sihir. Pertama dia memukul Atta di kepalanya dengan sangat keras dan kemudian kembali dengan gerakkanya memukul kepala Attakuma sama persis di kepalanya juga. Atta berteriak "Hei, Burung bangkai, apa yang Anda lakukan?" Attakuma hanya menjerit,kaki dan jari kaki mereka berubah menjadi akar, dan menggali pasir di tepi air dengan cepat, tubuh mereka berubah menjadi batang pohon, dan kepala, lengan, tangan dan jari-jari berubah menjadi cabang-cabangnya. Seperti daun-daun mulai tumbuh di cabang-cabang pohon, beberapa erangan terdengar, maka semua terdiam kecuali daun gemerisikkan angin, dan suara air memukul-mukul akar. Begitulah asal mulanya pohon bakau datang dan tumbuh di sisi-sisi sungai dekat pantai-pantai yang ada di bumi ini.

Sekian, semoga sisi baik dari cerita ini bermanfaat bagi kita semua.

Sekian.

Wasalam.
Oleh : mamang
Edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...