Courtesy of sumsel.tribunnews.com |
dongeng anak dunia - Kota Stavoren adalah pelabuhan tua di negeri Belanda.
Beberapa waktu yang telah berlalu seorang pedagang tinggal di pelabuhan
tersebut, dia memiliki armada kapal untuk melakukan perjalanan keliling dunia
membeli barang dan membawa kembali ke Belanda untuk dijual kembali. Saudagar
besar ini telah menjadi orang yang sangat kaya, dan dirinya telah membangun
sebuah rumah megah tepat di tepi laut dekat sekali dengan pelabuhan. Dia adalah
seorang pria yang baik dan murah hati, yang memperlakukan karyawannya dengan
sangat baik, dan dia selalu siap untuk membantu orang-orang miskin di kota, dia
adalah seorang dermawan.
Ketika dia meninggal, warga seluruh kota ikut berkabung
selama satu bulan. Satu-satunya orang yang diam-diam senang bahwa dia telah
meninggal adalah sang istrinya. Dia adalah orang yang sangat egois, dan dia
selalu sangat marah setiap kali suaminya telah memberi uang, makanan atau
pakaian untuk orang-orang miskin. Sekarang dia mengambil alih menjalankan
bisnis, dan tanpa suaminya di sana, dia bisa melakukan hal-hal cara yang tidak
terpuji. Setiap kali beberapa orang miskin datang mengetuk pintu untuk meminta
bantuan makanan untuk dimakan, atau meminta sumbangan, dia mengutuk dan
mengusir mereka pergi sambil berkata. "Cari pekerjaan! Biar mendaptankan
uang untuk beli makan! Bukan hanya minta saja, "Teriaknya. "Anda orang
yang malas, Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dari saya! Saya bekerja keras
untuk mendapatkan semua ini dan saya tidak akan memberimu apa-apa, dasar kamu rakyat
jelata! " katanya dengan lantang berseru.
Ketika dia tidak berada di kantor dagang pelabuhannya, dia
berurusan dengan pembeli dan nahkoda kapten kapal, dan ketika dia berada di
rumahnya, menghitung jumlah uangnya. Dia memiliki segala sesuatu yang tidak
pernah bisa terbayangkan, tempat yang indah untuk tinggal, furnitur terbaik dan
pakaian mahal serta indah dan sejumlah uang yang banyak, dia orang terkaya di
dunia. Orang-orang mengatakan bahwa dia lebih kaya dari keluarga kerajaan.
Tapi dia masih tidak puas dengan semua itu, orang kaya
lainnya memiliki rumah-rumah yang indah, furniture, dan pakaian sutra yang
bagus. Dia merindukan sesuatu yang lain dari orang lain yang hidup di dunia
ini. Hanya dia tidak tahu barang atau sesuatu itu apa?. Maka suatu hari dia
menelepon nahkoda kapal, dan memerintahkan mereka untuk melakukan sebuah
perjalanan ke seluruh penjuru dunia dan pulang dengan membawa benda yang paling
berharga yang bisa mereka temukan.
Kapten berlayar, dan selama berbulan-bulan lamanya tidak
kembali atau mendengar dan maupun melihat mereka. Lalu pada suatu hari mereka
mulai kembali, satu benda dari Afrika telah ditemukan ukiran gading indah
terbuat dari gading gajah asli. Tak seorang pun di seluruh kota penjuru kota
Stavoren yang pernah dilihat, benda indah itu seperti milik wanita tua tersebut,
membuat hati sang wanita tua sangat puas.
Dalam waktu yang lain telah sampai ke China dan membawa
kembali sutra berwarna-warni dan batu giok hijau dan hitam. Namun hati sang
wanita tua yang penuh ambisi ini masih belum merasa puas.
Lain lagi dengan perjalanan ke Hindia Timur dan membawa
kembali berbagai rempah-rempah dan herbal yang tak seorang pun telah merasakan
sebelumnya, tapi wanita tua tidak berhenti menyuruh sang kapten pergi keluar
negeri lagi.
Dia lalu ke Saudi, dimana mereka menemukan kuda putih yang indah
bagaikan belati emas bertatahkan batu mulia. Di India, dimana mereka menemukan
kulit harimau dan perhiasan perak halus, di Turki dan Yunani, dimana mereka
menemukan karpet handwoven sutra dan vas-vas yang dicat beraneka ragam. Tapi
reaksi wanita tua itu sama, dia tidak pernah bisa puas dengan apa yang didapatnya.
Semua kapal sudah kembali kecuali satu, wanita tua duduk di
istana dan menunggu. Kemudian kapal muncul di cakrawala. Wanita tua pergi ke
pelabuhan untuk menunggu kedatangannya. Kapten ini telah berkeliling seluruh
dunia, mencari barang yang antik nan indah dan sudah di dapatkan sesuatu yang
istimewa yang mungkin bisa membuat majikannya senang. Lalu suatu hari di pantai
Baltik, mereka telah menemukan sebuah gudang penuh gandum murni yang terbaik darimanapun
yang pernah dilihatnya. Gandum tersebut berwarna emas yang indah, dan setiap
butir terbentuk sempurna, penuh kebaikan hidup. "Saya belum pernah melihat
yang sama berharganya seperti ini dalam hidupku" seru kapten, dan semua
krunya setuju. Sehingga mereka mengisi kapal dengan gandum yang berharga ini
dan berlayar untuk pulang ke rumah. Tapi ketika wanita tua naik ke kapal, dan
melihat gandum, dia sangat marah. "Berani-beraninya kau!" Teriaknya.
"Ini penghinaan, dan buang-buang uang!. Apa yang akan saya lakukan dengan
gandum yang tidak berguna ini?". Dalam kemarahannya ia memerintahkan
kapten ke ujung kargo membuang gandum ke dalam laut. Dia memprotes bahwa ini
adalah biji-bijian yang berharga yang akan memberi makan orang di kota ini untuk
satu bulan ke depan, tapi dia tidak bisa memberi alasan.
Salah satu awak kapal, seorang pria tua miskin, memintanya
untuk menyimpan beberapa dari gandum untuk diberikan kepada orang-orang miskin
di kota. Tapi dia menolak. "Jangan begitu bodoh", katanya,
"Orang miskin adalah miskin karena mereka menolak untuk bekerja!"
Orang tua itu mengutuk dia; "Anda akan menyesal dengan tindakkan anda hari
ini", kata orang tua, "suatu hari ketika Anda akan memohon meminta
kerak roti!, kami tidak akan peduli dengan Anda."
Wanita tua itu tertawa acuh. Dia menarik sebuah cincin emas
yang besar dari jarinya. "Anda melihat cincin ini?" Tanyanya.
"Aku lebih suka membuang cincin ini ke laut dari pada memberikan segenggam
gandum kepada mereka orang miskin di pantai". Orang tua itu menggelengkan
kepalanya dalam kesedihan. Dan kemudian sang wanita berteriak, " lihat
ini! Lihat aku," kata wanita tua sambil melemparkan cincin ke laut, sejauh
yang dia bisa.
Orang tua itu membelalakkan matanya. "Suatu hari orang
yang memakai cincin itu akan datang kembali kepada Anda," katanya,
"dan kemudian Anda akan mengemis kepadanya," gumamnya pelan.
Suatu hari Wanita tua dengan ambisinya. Dia mengirim semua
kapal keluar negeri lagi, dengan instruksi yang sama, untuk membawakannya benda
yang paling berharga dan langka, uang bisa membeli semuanya.
Suatu hari dia di sisi pelabuhan, ketika sebuah kapal
nelayan bongkar tangkapannya. Di antara ikan-ikan ia melihat seekor ikan bass
sangat baik. "Saya ingin ikan itu!" Teriaknya. Dia membayar sang nelayan
dengan beberapa koin dan menyuruhnya untuk membawa ikan tersebut ke kastil nya.
Di sana ia menginstruksikan juru masaknya untuk memanggang perlahan-lahan dalam
oven dengan beberapa bumbu dan kentang.
Beberapa saat kemudian dia duduk di meja makan, dan juru
masak membawa ikan di piring emas. Dia memotong sisi ikan, dan dipisahkan
daging dari tulang. Namun kemudian, hal yang sangat ngeri terjadi, di dalam
perut ikan tersebut ada cincin emas besar yang ia lemparkan ke dalam laut. Dia
menjerit, dan memerintahkan juru masak untuk mengambil ikan tersebut dan
membuangnya bersama sampah. Dia melihat gambaran bayangan orang tua di
hadapannya, yang menceritakan apa yang akan terjadi padanya. "Tidak
mau!" Ia berteriak, "Aku tidak akan pernah mau jadi pengemis!"
katanya berteriak-teriak.
Namun disaat kajadian itu berlangsung, awan hitam yang
sangat tebal telah menyelimuti langit, badai yang mengerikan mengelegar di
langit, dan hujan selama berhari-hari tidak berakhir. Air pertama yang begitu
banyak memasuki mansion dan membanjirinya, serta kemudian seluruh kota
pelabuhan dan sekitarnya terendam air. Kekuatan air dan angin dikombinasikan
untuk mengebol benteng bawah rumahnya, dan menghilang ke laut, serta seluruh
harta wanita tua seperti furnitur yang indah, sutra halus dan semua uangnya
amblas terbawa arus ke laut. Ketika angin tenang, hujan berhenti dan perairan
mundur, tidak ada yang tersisa dari istananya, dan setengah kota berada di
reruntuhan. Wanita tua telah kehilangan segalanya, kecuali pakaian yang
dikenakannya. Dia kini dingin dan kelaparan, dan dia tiba-tiba merasa sangat
tua. "Di mana aku akan mendapatkan beberapa makanan?" pikirnya. Dia
mulai berjalan menyusuri jalan, mencari pintu-pintu rumah untuk diketuk dan
meminta sedekah makanan. Tetapi semua orang di kota mengenali dia dan ingat
kekejaman-kekejaman dimasa lalu ketika dia kaya raya, banyak di antara mereka
yang menolak untuk memberi bantuan makanan. Jadi dia terpaksa meninggalkan
kota, dan mulai berkeliaran di pedesaan, memohon kerak roti untuk sekedar
menahan lapar.
Bukan jaminan harta kekayaan yang banyak untuk seseorang di
masa depan, bisa saja kekayaan tersebut hilang dalam satu kejapan mata saja,
tetapi budi pekerti yang baik akan abdi selamanya. Tolonglah orang lain yang
perlu pertolongan kita, niscaya pertolongan selanjutnya akan menghampiri kita tatkala
kita sedang memerlukan pertolongan.
Sekian.
Wasalam.
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment