Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Tuesday, November 8, 2016

Monyet Dan Hiu 3 - Dongeng Tanzania

Courtesy of Dongeng Anak-anak Dunia
dongeng anak dunia - Shark tersenyum, "Aaagh", desahnya, "Monyet temanku, setiap pria yang aku kenal selalu mengatakan betapa bahagianya dia ketika bisa memberikan apa yang yang menjadi keinginan sang istrinya, itulah kata-katanya. Saya memberitahumu, jika kau melakukan hal yang sama untuk saya, maksud saya untuk istri saya. Saya akan membalas kebaikkanmu, apa saja, kapan saja, di mana saja, apa saja yang kau inginkan setiap saat dimasa depan monyet laki-lakiku, aku akan mendapatkannya untukmu" kata sang hiu.

"Kau tahu, Shamus, teman asin saya", Monyet berkata dengan suara yang sangat kecil, "hanya ada satu hal, sebelum kita berangkat, aku meninggalkan hatiku di rumah! Aku meninggalkannya di tempat yang sangat rahasia di pohon saya dimana saya selalu menyembunyikannya!" Monyet hampir berhenti bernapas menunggu Shamus untuk mencerna informasinya.

Shamus tergagap, dia terbatuk dan dia berdeguk. "Kau meninggalkannya di rumah ??" Dia menyeringai dengan senyumnya yang seram dan paling menyeramkan kala itu. Monyet tahu dia harus sangat berhati-hati apa yang dia katakan. Dia tahu dia harus mendapatkan ide yang sangat tepat untuk bisa selamat. Dia bisa merasakan jantungnya berdetak ditenggorokannya, dan ia takut mungkin akan melompat keluar tepat ke mulut terbuka Shamus. Dia selalu bersikap tenang supaya membuat Shamus tidak curiga, dengan demikian kemungkinan untuk selamat masih ada.

"Kau lihat teman saya itu seperti ini. Untuk monyet seperti saya, hati adalah hal yang paling penting, harta paling berharga. Jika monyet kehilangan hatinya, sama dengan dia telah menyerahkan hidupnya! Jadi kau lihat, saya selalu sangat berhati-hati dan selalu memastikan itu selalu ada di tempat yang paling aman di suatu tempat, jadi saya dapat mengambil kembali jika saya membutuhkannya!" jawab sang monyet memancing.

"Saya mengerti apa yang kau ucapkan", gerutu Shark muram, "Saya percaya, jadi apa yang kita lakukan sekarang?" tanya shamus.

"Yah!! apa boleh buat," kata Monyet, "mudah-mudahan kita tidak terlalu jauh dari tempat asalku? Kita bisa kembali untuk mengambilnya, aku akan melompat ke atas pohon saya, mendapatkan hati tersebut, dan kita bisa kembali ke sini dalam hitungan sepuluh, lima belas menit atau lebih lama lagi tergantung engkau cepatnya berenang! Ayo cepatlah, jangan sampai istrimu terus menunggu lebih lama lagi untuk menunggu apa yang dibutuhkannya," kata sang monyet hatinya senang sang hiu dapat di bodohinya.

Sekarang Shamus dalam kebingungan, apakah monyet mengatakan yang sebenarnya atau dia akan balas menipunya lagi? Tapi tentu saja, dia tidak punya pilihan. Jika dia tidak menimbulkan kecurigaan kepada monyet, dan pura-pura akan percaya bahkan dia sama sekali tidak yakin hal itu adalah hal yang akan dilakukan sang monyet temannya. Jadi shamus ekornya berbalik dengan hidung runcing dan kembali ke tanah menuju daratan tempat tinggal sang monyet.

"OK, Monyet, pasangan saya, mari kita cepat pergi!" Ia berenang secepat yang dia bisa, berpikir bahwa cepat dia mendapatkan hati sang monyet yang akan lebih baik, sebab dia juga takut sang Monyet berubah pikiran.

Mereka kembali ke hutan bakau dalam waktu kurang dari lima menit, mereka hampir mencapai pohon pertama, dan Shamus baru saja mulai melambat kecepatan berenangnya, ketika monyet bangun dan membuat lompatan tinggi dari belakang punggung temannya menuju cabang pohon bakau terdekat, menangkapnya, kemudian mengayunkannya dari cabang ke cabang berikutnya, dan sampai di tempat tertinggi, dia mengayunkan dan melemparkan dirinya sampai ia berada di titik tertinggi di pohon tertinggi di tengah mangrove. Lalu ia berhenti dan melihat ke bawah.

Matahari sudah turun sepenuhnya sekarang dan bulan purnama bersinar redup berwarna kekuning-kuningan keabu-abuan menerangi mangrove. Sang monyet bisa melihat ke bawah sirip punggung perak dari Shamus diatas air hitam, rahangnya terbuka lebar ngeri di udara malam yang dingin dia menunggu.

"Monyet, Monyet, di mana kau?, kau berjanji memberikan hatimu? Mana janjimu itu, di mana kau menyembunyikan hatimu? Dimana monyet hatimu!", kemudian dia marah menyerigai dengan gigi tajamnya terlihat tajam.

Monyet tidak bisa menahan diri, tiba-tiba semua ketegangannya mulai menurun dan dia mulai melompat-lompat. "Ugh UGN UGM Ugh Ugh, Oh hiu yang ramah ternyata jahat terhadap saya! Aku hampir mati, tidak-tidak, saya tidak mau berakhir seperti itu?. Hati adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan nyawa saya, kau orang yang lebih bodoh dari saya!!! hahahahah" seru sang monyet berteriak kepada Shamus yang beberapa hari yang lalu adalah sahabatnya yang setia. Sambil tertawa terbahak-bahak menuju ke bawah ke arah sang hiu yang sangat sangar dengan moncong yang memperlihatkan gigi-gigi tajamnya.

Akal yang cerdik dan ketenangan cara berpikir adalah pokok utama yang dapat menyelamatan hidupmu, maka pergunakanlah akal cerdikmu untuk menyelamatkan dirimu.

Sekian.

Cerita Sebelumnya : Monyet Dan Hiu 2 - Dongeng Anak Dunia

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...