courtesy of storyberries.com |
Dia sangat menyukai cacing yang gemuk dan lezat dan merasa bahwa itu sangat diperlukan untuk kesehatan anak-anaknya. Setiap kali dia menemukan cacing dia akan selalu memanggil anak-anaknya.
"Cek-cuk-cuk!" ke anak ayamnya.
Kemudian mereka berkumpul di sekelilingnya, dia membagikan potongan-potongan makanan pilihannya.
Lalu, ada seekor kucing yang biasanya tidur siang dengan malas di pintu gudang, bahkan tidak ada rasa keinginannya untuk menakuti maupun memangsa tikus yang berlari kesana kemari sesuka hatinya.
Dan ada seekor babi yang tinggal di kandang, dia tidak peduli apa yang terjadi selama dia bisa makan dan menjadi gemuk.
Suatu hari Ayam Merah Kecil menemukan Benih. Itu adalah Benih Gandum, tetapi Ayam Merah Kecil sangat terbiasa dengan serangga dan cacing sehingga dia mengira itu adalah jenis daging baru dan mungkin sangat lezat. Dia menggigitnya dengan lembut dan menemukan bahwa itu sama sekali tidak sama dengan cacing yang pernah dicicipinya meskipun ukurannya panjang dan kecil, Ayam Merah Kecil mungkin telah tertipu oleh penampilannya.
Kemudian, dia membawanya dan dia membuat banyak pertanyaan tentang apa itu. Dia menemukan jawaban atas pertanyaannya, itu adalah Benih Gandum dan jika ditanam, itu akan tumbuh dan ketika matang bisa dibuat menjadi tepung dan kemudian menjadi roti.
Ketika dia telah mengetahui itu, dia tahu itu harus ditanam. Dia begitu sibuk berburu makanan untuk dirinya dan keluarganya sehingga, tentu saja, dia berpikir dia seharusnya tidak meluangkan waktu untuk menanamnya.
Jadi dia terpikirkan untuk meminta sang Babi, Kucing dan Tikus untuk menanamnya, dan dia memanggil mereka dengan suara yang keras:
"Siapa yang ingin menanam Benih Gandum ini?"
Tapi Babi berkata, "Aku tidak mau, Aku sedang sibuk makan"
Dan si Kucing berkata, "Aku tidak mau, Aku sedang ingin tidur siang"
Dan Tikus itu berkata, "Aku tidak mau, Aku sedang sibuk mencari keju."
"Baiklah, kalau begitu, Aku akan melakukannya." kata Ayam Merah Kecil.
Dan dia mulai menanam benih gandum itu.
Kemudian dia melanjutkan tugasnya sehari-hari melalui hari-hari musim panas yang panjang, mencari cacing dan memberi makan anak ayamnya, sementara Babi menjadi semakin gemuk, dan Kucing menjadi gemuk juga karena selalu tidur bermalas-malasan, dan Tikus menjadi gemuk juga karena terlalu banyak makan keju, dan Gandum pun menjadi tinggi dan siap panen.
Jadi suatu hari Ayam Merah Kecil kebetulan melihat seberapa besar Gandum itu dan bulirnya sudah matang, jadi dia berlari sambil berkata: "Siapa yang ingin memanen Gandum?"
Babi berkata, "Aku tidak mau,"
Kucing itu berkata, "Aku tidak mau,"
Dan Tikus itu berkata, "Aku tidak mau."
"Baiklah, kalau begitu, aku yang akan melakukannya." kata Ayam Merah Kecil.
Dan dia memanennya.
Dia mendapatkan sabit dari antara alat-alat petani di lumbung dan mulai memotong semua tanaman Gandum.
Di atas tanah terbentang Gandum yang telah dipotong, siap untuk dikumpulkan dan ditumbuk, tetapi anak ayamnya yang paling kuning dan paling berbulu merasa terabaikan lalu bersuara memanggil ibu mereka "peep-peep-peeping" dengan sangat keras.
Ayam Merah Kecil merasa sangat bingung dan hampir tidak tahu harus memilih tetap panen gandum atau menghampiri anak-anaknya.
Perhatiannya sangat terbagi antara tugasnya untuk anak-anaknya dan tugasnya untuk panen Gandum, yang dia rasa sudah menjadi tanggung jawabnya.
Jadi, sekali lagi, dengan nada penuh harapan, dia berseru, "Siapa yang ingin memanen Gandum?"
Tapi sang Babi dengan mendengus berkata, "Aku tidak mau," dan Kucing,dengan meongnya berkata, "Aku tidak mau," dan Tikus dengan mencicit berkata, "Aku tidak mau."
Ayam Merah Kecil kini terlihat agak putus asa, lalu dia pun berkata, "Baiklah, kalau begitu."
Dan dia tetap melanjutkan memanen gandum.
Namun sebelum melanjutkan memanen gandum, tentu saja, dia harus memberi makan anak-anaknya terlebih dahulu, dan ketika mereka semua tidur untuk tidur siang, dia keluar dan mengirik Gandum. Kemudian dia berseru: "Siapa yang ingin membawa Gandum ini ke penggilingan untuk digiling?"
Sambil membalikkan punggung mereka, Babi itu berkata, "Aku tidak mau," dan Kucing itu berkata, "Aku tidak mau," dan Tikus itu berkata, "Aku tidak mau."
Jadi, Ayam Merah Kecil yang baik tidak bisa berbuat apa-apa selain berkata, "Kalau begitu, aku yang akan melakukannya." Dan dia membawa gandum itu ke tempat penggilingan untuk di giling.
Dia membawa karung yang penuh dengan Gandum, dia berjalan dengan susah payah ke penggilingan yang jauh. Di sana dia memesan Gandum yang digiling menjadi tepung putih. Ketika penggilingan telah mengubah gandum menjadi tepung, dia berjalan perlahan kembali ke halaman lumbungnya.
Dia telah berhasil, terlepas dari bebannya, sesekali menangkap cacing berair yang enak dan membawanya untuk anak-anaknya.
Setelah hari yang sangat melelahkan itu, Ayam Merah Kecil tidur lebih awal dari biasanya, yang biasanya dia tidur setelah matahari terbenam.
Dia ingin tidur lebih lama lagi, tetapi anak-anaknya, bersuara "ciap-ciap-ciap-ciap" di kandang ayam yang menandakan pagi telah tiba.
Bahkan ketika dia masih mengantuk membuka satu matanya, pikiran muncul di benaknya bahwa hari ini Gandum itu harus dibuat menjadi roti, entah bagaimana caranya.
Dia tidak terbiasa membuat roti, meskipun, tentu saja, siapa pun dapat membuatnya jika dia mengikuti resepnya, dan dia tahu betul bahwa dia bisa melakukannya.
Jadi setelah anak-anaknya diberi makan, dia menghampiri Babi, Kucing, dan Tikus.
"Siapa yang akan membuat roti?"
Namun sekali lagi harapan Ayam Merah Kecil pupus! Karena Babi berkata, "Aku tidak mau," kata Kucing, "Aku tidak mau," dan Tikus berkata, "Aku tidak mau."
Jadi Ayam Merah Kecil berkata sekali lagi, "Kalau begitu, aku yang akan melakukannya," dan dia yang akan membuat roti.
Merasa bahwa dia mungkin tahu sepanjang waktu dia harus melakukan semuanya sendiri, dia pergi dan mengenakan celemek baru dan topi juru masak yang bersih. Pertama-tama dia mengatur adonan, sebagaimana mestinya. Ketika tiba saatnya dia mengeluarkan papan cetakan dan loyang, membentuk roti, membaginya menjadi roti, dan memasukkannya ke dalam oven untuk dipanggang.
Sementara si Kucing duduk dengan malas, sambil cekikikan dan cekikikan.
Dan si Tikus sedang membedaki hidungnya dan mengagumi dirinya sendiri di cermin.
Di kejauhan terdengar dengkuran panjang dari Babi yang tertidur.
Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Aroma lezat tercium yang terbawa oleh angin musim gugur. Di mana-mana warga lumbung mengendus udara itu dengan gembira.
Ayam Merah Kecil berjalan menuju sumber semua kegembiraan ini.
Meskipun dia tampak sangat tenang, pada kenyataannya dia hanya bisa dengan susah payah menahan dorongan untuk menari dan bernyanyi, karena bukankah dia telah melakukan semua pekerjaan membuat roti yang luar biasa ini?
Tidak heran dia adalah orang yang paling bersemangat di lumbung!
Dia tidak tahu apakah roti itu enak untuk dimakan, ketika roti cokelat keluar dari oven, roti itu matang dengan sempurna.
Kemudian, mungkin karena dia memiliki kebiasaan memanggil babi, kucing dan tikus itu, Ayam Merah Kecil memanggil mereka:
"Siapa yang ingin makan Roti?"
Sang babi, kucing dan tikus sebenarnya sedang melihat Ayam Merah Kecil yang sedang membuat roti dengan lapar dan mendecakkan bibir mereka, dan Babi berkata, "Aku mau,"
Kucing itu berkata, "Aku mau,"
Tikus berkata, "Aku juga mau."
Tapi Ayam Merah Kecil berkata,
"Tidak, kalian tidak membantuku dari awal, Aku lah yang akan memakan roti ini sendiri dengan anak-anakku."
Dan dia memakan roti itu dengan anak-anaknya.
Selesai.
Source : click disini
0 comments:
Post a Comment