Courtesy of persadainternusa.com |
Abang tertua mereka berdiri dengan bertolak pinggang garang sekali sambil mencaci maki kedua adik-adiknya. Namun sang adik yang anak kedua dari bapak tani itu juga tidak mau mengalah ketika dimarahi sang abang pertama, seakan dia paling benar saja dari kedua saudaranya.
Lain lagi dengan si adik yang bungsu, dia tidak pernah menurut perintah kedua abangnya dia yang paling membangkan, sifat yang paling keras dan selalu menang sendiri.
Itulah ketiga anak bapak petani yang tidak pernah akur dalam kehidupan sehari-harinya selalu saja ada masalah yang diributkan. Barang sehari saja rumah bapak tani tidak ada keributan, itu tidak mungkin terjadi. Mereka tidak pernah mau bersatu dalam menghadapi perjalanan hidup ini.
Sedih rasanya hati Bapak tani melihat ketiga anak kesayangannya selalu bertengkar saja, tidak siang atau malam selalu saja bertangkar.
Tentang tugas yang aku berikan selalu saja jadi bahan pertengkaran mereka, mengapa bapak memberikan kerja yang berat kepadaku sementara kamu hanya mengerjakan yang ringan saja.
Sang abang mereka selalu semena-mena memrintah sang adik-adiknya dan mereka tidak mau terima diperintah sang abang, maka ributlah mereka. Begitulah kehidupan keluarga bapak tani ini mau siang atau malam mereka semua tidak pernah mau bersatu.
"Hai semua! anak-anakku tercinta," sang bapak tani memanggil ketiga anaknya, "sudahlah hentikkan pertengkaran kalian sebentar saja."
"Lihatlah apa yang aku bawa, tiga batang kayu yang diikat tali yang kuat, nah cobalah kamu patahkan tiga batang kayu yang aku ikat dengan kuat ini.!" perintah sang ayah denga suara yang lantang sekali.
Sang abang, kakak tertua maju kedepan lalu satu ikat kayu yang kuat itu dicoba untuk dipatahkan, kedua tangannya memegang ikatan kayu terus sambil berjongkok dihantamkan satu ikat kayu tersebut kepada kedua lutut kakinya. Namun apa yang terjadi kayu tadi bukannya patah malah sang kaki paha abang inilah yang merasakan sakit.
Sang anak keduapun mencoba cara abangnya dan sang anak kedua inipun tidak berhasil sama saja yang anak kedua merasakan sakit dikakinya.
Tinggal giliran sang anak bungsu, sang anak bungsu lebih sungguh-sungguh lagi semua tenaganya dia kerahkan untuk bisa mematahkan satu ikat kayu itu, akibatnya sangat patal kaki lututnya sampai bengkak.
Dan setelah semua anak-anak tidak ada yang bisa melakukan perintahnya sang bapak petani mengambil lagi ikatan kayu lalu melepaskan ikatannya.
Diapun membagi-bagikan satu persatu kepada ketiga anak-anaknya, "Coba sekarang kamu patahkan dengan lututmu saja, seandainya tidak patah niscaya!" berkata sang bapak petani.
Maka dengan tidak membuang tenaga yang banyak ketiga anak-anaknya dapat dengan mudah mematahkan batang kayu itu dengan cepat.
"Lihatlah apa yang terjadi dengan batang kayu yang baru saja kalian patahkan!" serunya. Sang bapak inipun meneruskan lagi omongannya.
"Akan seperti itulah kalian kalau terpisah, semua musuh-musuhmu akan dengan mudah mematahkan kalian karena terpisah. Tidak bersatu dan bercerai berai akan dengan mudah bagi orang lain untuk membuat kamu patah. Bersatulah dan janganlah kalian bertengkar lagi, jadilah keluarga yang terkuat, selalu saling sayang satu sama yang lain. Sekian.
Wasalam.
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment