Courtesy of cikofairen.wordpress.com |
Mengendap-ngedap sang bapak petani mendekati pintu gerbang dia berusaha menutup pintu gerbang rumahnya. Setelah berhasil menutupnya walaupun hatinya sangat berdebar-debar takut ketahuan sang raja hutan singa.
"Sang raja hutan telah terkurung didalam halaman pekarangan rumahnya, aku akan menangkapnya kini" pikirnya.
Sang raja hutan singa yang serba ingin tahu itu meneliti semua yang ada ditempat itu, mengendus-endus setiap benda yang dijumpainya.
Pot-pot kembang dihalaman rumah depan dan patung-patung hiasan yang tertata rapih ditaman depan, kemudian sang raja hutan singa berbalik meneliti halaman belakang rumah yang penuh perabotan alat perkakas membajak ladang.
Aneh mungkin tidak ada yang seperti dihutan tempat daerah kekuasaan, semua serba asing baginya. Sang singa pun berbalik ketempat tadi dia datang, namun apa yang terjadi pintu gerbang telah terkunci rapat. Sang raja hutan berkeliling rumah mencari jalan keluar dari tempat itu, satu kali, dua kali, jalan keluar tidak ditemukan.
Sang raja hutan singa tidak menemukan jalan keluar, "jalan keluar itu telah hilang" pikirnya.
Badannya berbalik dan apa yang dilakukan selanjutnya diluar dugaan sang bapak petani, sang raja hutan singa mengamuk. Sang raja hutan berlari kehalaman depan semua pot-pot kembang yang berjejer, dihancurkan dengan tendangan kaki depannya yang sangat kuat.
Demikian pula patung-patung yang menghiasi taman tersebut menjadi sasaran tendangan kaki-kaki sang singa yang kuat. Sang singa pun berlari ke kandang kambing menerkam dan membunuh beberapa ekor kambing yang dapat diraihnya. Terakhir dia pun berlari menuju kandang kerbau yang letaknya dibelakang rumah bapak petani, kesempatan ini dipergunakan oleh sang bapak petani untuk membuka kembali pintu gerbang rumahnya.
Kemudian sang bapak petani kembali ketempat persembunyiannya tadi. Setelah puas menerkam dan membunuh kerbau, sang singa keluar dari kandang kerbau mencari lagi sasaran kekesalan yang lain. Namun sang raja hutan melihat pintu gerbang telah terbuka, maka dia pun keluar dan berlari pulang kearah hutan belantara yang menjadi tempat tinggalnya.
Sang bapak petani keluar dengan hati-hati dari tempat persembunyian, matanya masih jelalatan melihat kiri-kanan takut sang raja hutan masih ada disekitar situ.
"Berantakkan sekali rumahku," pikirnya sambil berlari menuju rumahnya. Rumah sang bapak petani porak poranda bagaikan kapal pecah saja.
Sesampainya didalam rumah dia pun bercerita kepada sang istri, "halaman rumah hancur tidak karuan, beberapa kambing kita telah diterkamnya dan juga kerbau kita sepertinya telah diterkam juga!"
"Makanya kalau menjadi orang berpikir dengan bijak, jangan merasa singa ada dihalaman rumah kita dan kita bisa menangkapnya dengan gampang!"
"Melihatnya saja kamu sudah tidak berani, sehingga dari tadi aku lihat kamu hanya diam dan bersembunyi!" itulah jawaban yang keluar dari mulut sang istri dengan galaknya.
Jangan anggap semua yang kita kerjakan atau hadapi adalah sesuatu yang ringan dan enteng saja, pikirkanlah sebelum kita berbuat atau melakukan sesuatu itu dengan bijak.
Janganlah tumpahkan kekesalan kepada siapa saja, sebab kesalahan atau kebodohan ada pada diri sendiri. Sekian.
Wasalam.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Makanan Sehat, Apakah Anda Memakannya?
- ISIS Eksekusi Delapan Warga Belanda 'Desertir' di Suriah
0 comments:
Post a Comment