Courtesy of Dongeng Anak |
"Sekarang hamba ingin menjadi seseorang yang layak dan wajib membela negeri ini, dan untuk menjadi orang berguna bagi negeri ini, tetapi tidak ada alasan anda untuk menyambut saya dengan menyuruh tidur seperti hotel yang mewah, janganlah Baginda Raja berpikir demikian!" katanya merendah.
"Telah menjadi takdir Tuhan saya menjadi kstria yang layak membela negeri ini!" Tuan Raja paduka.
"Aku baru berjumpa denganmu ksatria asing!" kata Raja. "Dan untuk apa anda berpakaian aneh seperti ini, dan pemikiran apa yang ada di dalam benakmu," tandas Raja.
Dia membalikkan perisainya sedikit agar tulisan dapat dibaca dan orang-orang yang mengatakan, "Ini orang yang telah membunuh tiga skor dan sepuluh skor dalam satu pukulan".
Ketika Raja melihat slogan itu beliau berkata, "Pastikan inilah orang pilihan yang saya inginkan, Untuk alasan inilah Tuhan mempertemukan kita." Gumam sang Raja.
"Mengapa engkau datang? Apakah engkau orang yang sanggup membunuh Naga yang sudah mengganggu petani dan makan unggas-unggasnya, "kata sang Raja.
"Apakah Anda pikir mampu melakukannya?" Tanya Raja, "banyak ksatria yang jujur dan berani telah gagal selama ini"
"Tentu hamba mampu, apakah Anda tidak melihat apa yang tertulis di atas perisai kebanggaanku?
"Naga bukan tandingan seorang pria yang menewaskan tiga skor dan sepuluh dalam satu pukulan," kata sang Raja. Dia pergi mendekat ke tempat sang penenun dan mengguncang-guncang bahunya.
"Paduka harus yakin akan kehendak Tuhan yang telah ditakdirkan kepadaku?" kata sang penenun.
"Raja! bukan saya menyombongkan diri, semuanya merupakan kebanggaan bagi saya, kalau Raja tidak Percaya kepada siapapun mengapa tidak Raja sendirilah yang turun tangan," kata sang penenun.
Sang penenun akhirnya berlutut di depan Raja sambil berkata: "Saya mohon pengampunan dari Anda dan beri saya kebebasan untuk mengambil tindakkan yang ingin saya lakukan, percayalah, saya harap Anda akan menebus kesalahan ini!
"Tidak ada pelanggaran yang engkau lakukan," kata sang Raja. "Dan apa yang akan kau lakukan di sini, numpang istirahat di bangku batu di taman istana saya? Itu bukan pelanggaran."
"Saya ucapkan rasa hormat yang sedalam-dalamnya, dan saya datang ke paduka sang Raja Dublin untuk meminta pekerjaan sebagai seorang ksatria yang berkelana dalam membela kebenaran."
"Baiklah," kata Raja. "Saya memiliki pekerjaan yang anda butuhkan dan saya kesulitan mencari seorang pria seperti Anda. Hal ini tidak ada kaitannya dengan tiga ekor dan sepuluh, atau sesuatu seperti itu, itu hanyalah naga blaggard yang telah mengganggu negara dan merusak tanaman para petani, memakan ternak ayam mereka dan saya katakan pekerjaan itu....sebab saya sudah bingung mencari orang yang tapat," katanya.
"Baiklah saya terima pekerjaan ini, sebab pekerjaan ini termasuk ibadah dan kewajiban saya untuk melakukannya," kata sang penenun bangga.
"Maaf ini mungkin sangat berharga untuk Anda ketahui," kata Raja. "Naga ini binatang yang tidak ada rasa takutnya sama sekali. Saya harus memberitahu Anda tettang ini, dan sang naga berada di sebuah rawa di negara Galway." sambung Raja dengan kata-katanya.
"Biarlah hamba akan datang ke tempatnya sekaligus," kata sang penenun kemudian.
"Itu yang saya suka," kata Raja. "Kau sangat bersemangat sekali sebagai seorang ksatria, anda boleh membawa uang berapa pun jumlahnya."
"Oh, bicara masalah uang," kata sang penenun, "Aku akan membutuhkan sedikit saja hanya untuk biaya perjalanan yang saya perlukan."
"Yang pasti, mengambil apa yang Anda butuhkan," kata sang Raja, iapun membawanya ke sebuah lemari tempat ia menyimpan kaus kaki tua penuh guinea emas, mengambil sebanyak uang emas kemudian menghampiri kembali kepada oarang yang bersetelan baju timah yang dia kenakan. Kemudian Raja berkata, "Selanjutnya, kita ke kandang kuda. Anda akan membutuhkan seekor kuda muda".
Sekarang Anda mungkin bertanya-tanya apakah yang akan dilakukan sang penenun selanjutnya, ketika ia setuju untuk pergi dan melawan naga yang telah banyak membunuh ksatria yang gagah perkasa atau jujur dan kuat. Baik biarkan saya memberitahukan Anda sekalian, dia tidak berniat berlari dari tangggung jawab dengan kuda istana yang telah di latih dan baik menuju County Galway untuk melawan naga yang selalu bisa menyemburkan api dari mulutnya. Dia hanya diam dalam perjalanan dan dia hanya bisa mendengar koin emas Raja berputar-putar di dalam kaki dan lengan baju timah nya, dan dia tidak berencana untuk kembali ke Duleek dan menghabiskan uang dengan baik. "Oh, itu sangat lucu sekali aku tidak perlu lagi susah payah bekerja karena uangku sudah ada banyak," kata hatinya sang penenun!
Cerita Sebelumnya : Penenun Dan Sang Naga 1 - Dongeng Irlandia
Cerita Selanjutnya : Penenun Dan Sang Naga 3 - Dongeng Irlandia
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment