Courtesy of Dongeng Anak |
"Tinggalkanlah disitu," jawabnya, "Saya sedang mempelajari sebuah pola baru dan saya belum menguasai pola ini, saya tidak akan berhenti sebelum bisa menguasainya!" serunya.
"Pikirkan kesehatan anda makanlah dahulu," kata sang pembantu memohon.
"Makanan dan kesehatan!" Geramnya sang penenun marah-marah.
"Semoga Tuhan mengampuni Anda untuk mengutuk sarapan yang baik bagi kesehatan Anda!" Jawab sang pelayan.
Ketika akhirnya ia meninggalkan meja tenun dan pergi ke tempat makan, dia seperti melihat burung gagak hitam di atas meja makan, dipuncak musim panas saat itu sungguh banyak sekali lalat-lalat beterbangan.
"Anda lihat sendiri, begitu banyak lalat yang telah mengerubuti sarapan anda dan bagaikan burung gagak hitam," kata sang pelayan kembali.
"Mengapa engkau ceroboh terhadap makanan saya," teriaknya. "Beraninya kau hinggap pada sarapan pagi saya?" Dan sebagai tumpahan emosinya , ia membanting makanan tersebut karena begitu marah. Pukulannya menewaskan tiga ekor lalat yang hinggap dan sepuluh ekor lagi dari mereka, dan tujuh puluh ekor lagi dalam sehari, dia tahu semua berapa banyak lalat yang dia bunuh karena dia menghitung semua lalat mati yang sama persis.
Ketika ia melihat pembantaian yang dilakukannya, ia merasa sangat puas serta bersemangat, dia mersa kuat terhadap dirinya. Dia membentak dengan sombongnya, dengan angkuhnya, dan dia tidak akan melakukan jahit-menjahit atau bekerja hari itu. Dia pergi ke kota, mengkuadratkan jumlah lalat yang terbunuh kepada setiap orang, dan menunjukkan kepada mereka tinjunya yang sangat keras dan berkata, "Lihatlah ini senjata yang saya gunakan untuk membunuh tiga hingga sepuluh lalat dengan satu pukulan. Bertahun-tahun saya telah membuang-buang kekuatan tangan saya mengutak ngatik meja tenun saya. Saya akan memberitahu Anda semua siapa saya sebenarnya, mulai sekarang aku adalah seorang penenun yang memiliki kelebihan. Anda harus tahu bahwa aku seorang ksatria yang berkeliaran, inilah saya yang sebenarnya."
Dan benar saja, keesokan harinya ia meminta tetangganya mengumpulkan panci tua dan ceret, dan kemudian dia merangkaianya untuk membuat baju besi. Dia mengambil tutup wajan tua dan memanggil temannya yang melukis, serta memintanya untuk menulis diatasnya. "Inilah orang yang telah membunuh tiga skor dan sepuluh skor dalam satu pukulan tangannya."
"Ketika semua orang melihat ada tulisan di perisai saya," katanya, "mereka semua akan gemetar hatinya merasakan takut."
Berikutnya ketika dia pulang ke rumah, dia meminta pengurus rumah tangga untuk mencari panci tua di luar rumahnya.
"Apakah Anda akan mengenakan panci tua sebagai topi?" Tanya pengurus rumahnya.
"Aku akan memakainya" jawabnya. "Sebagai seorang ksatria aku harus memiliki topi baja pelindung otak di kepalaku," katanya kepada pelayan.
"Tetapi ada satu lubang di dalamnya atau pancinya sudah bocor, akan ada air yang masuk kadalamnya," katanya.
"Dengan cara itu aku akan lebih dingin dan lebih nyaman," jawab sang penenun singkat.
"Pegangannya terlihat sangat konyol, tidak enak di pandang mata." Lanjut pengurus rumah tangganya
"Setiap helm harus memiliki lonjakan yang keluar seperti itu, karena akan lebih baik," jawab sang penenun kembali.
"Yah," katanya lagi sambil berdiri. "Ini adalah kepala kesatria domba pertama yang telah berpakaian lengkap seperti itu."
Bersenjatakan busur dan anak panah, dia mulai dengan perjalanannya. "Aku berangkat!" serunya kepada sang pelayan rumah tangga.
Ketika melewati ladang, ia melihat kuda milik Miller keluar untuk merumput. "Itulah kuda tunggangan untuk saya," katanya dalam hati. "Dia hanya digunakan untuk menarik karung tepung, sekarang dia akan manjadi kuda pembawa bunga seorang ksatria yang gagah." katanya lagi dalam hati.
Saat itu dia langsung naik kuda dan akan pergi, tetapi miller melihat siapa yang naik kudanya. "mengapa anda menaiki kuda saya? jujur saja, kepadaku?" Tanya sang miller.
"Tidak, aku hanya mengambil dia untuk latihan didinginnya malam ini, kuda ini akan lebih baik menjadi tunggangan seorang ksatria seperti saya," jawabnya.
"Terima kasih, tetapi berbaik hatilah anda untuk segera meninggalkan kuda milikku tersebut," kata Miller sang pemilik kuda.
"Maaf, tapi ada panggilan tugas yang harus aku laksanakan," berteriak sang penenun, dan dia menghentak tali kekang kudanya.
"Kembali ke sini, Anda kurang ajar! Anda telah mencuri kuda pekerjaku, dasar maling!" Teriak Miller keras, tetapi sudah terlambat, ksatria di punggung kuda sudah berlari menjauh.
Dia mengadu kepada sang Dublin, karena dia berpikir seorang ksatria telah mencuri kudanya. Raja Dublin harus bertindak, seorang ksatria berkeliaran dan berbuat tidak layak. Empat jam dia menempuh jalan untuk sampai disana, dan ketika ia tiba ia langsung pergi ke istana dan dia dipersilahkan menunggu. Kemudian sang Raja Dulpin memanggilnya dan dia memberikan bangku di halaman rumahnya, di mana orang-orang bisa duduk dan menerangkan semua keluhannya kepada Raja. Dan sang Raja akan bertindak sesuai keinginan rakyatnya untuk menciptakan negeri aman sentosa.
Sang penenun berbaring dan membiarkan kudanya merumput yang terlihat subur sekali rumput yang tumbuh antara selah bebatuan, terlihat semua bunga sedang berkembang di sekitar taman istana. Saat dia telah tiba di situ, bersamaan kejadian tersebut sang Raja menghibur dirinya dengan melihat keluar melalui jendela kamarnya yang langsung mengarah ke taman sambil menggambar. Dia melihat sang penenun melangkah kepadanya dengan derap kaki ke halaman taman istana, kemudian dia berbaring di bangku batu. Dia berbalik dan memutar badannya terlihatlah sang Raja yang tengah menyapanya.
Cerita Selanjutnya : Penenun Dan Sang Naga 2 - Dongeng Irlandia
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment