courtesy of dltk-teach.com |
"Bagaimana kamu bisa membiarkan anak-anak kita yang
tercinta sendirian di hutan?" Mereka mendengar ayah mereka bertanya kepada
ibu mereka dengan sedih.
"Kami akan ... Kita semua akan kelaparan, jika mereka
tetap tinggal di sini! Ini satu-satunya jalan supaya kita berdua bisa tetap
hidup" jawabnya.
Sekarang Hansel dan Gretel pasti tahu bahwa keberuntungan
mereka telah berakhir.
Hansel mencoba memikirkan cara untuk mengeluarkan mereka
berdua dari kekacauan di keluarga mereka. Dia melihat sekeliling mencari batu
loncatan, namun mereka tidak menemukan satupun, Hansel mengira burung nakal
telah mencuri semua batu loncatan.
Hansel dan Gretel putus asa dan kembali ke tempat tidur
mereka, menunggu ibu mereka datang dan membawa mereka ke hutan.
Benar saja, sang istri penebang kayu berjalan ke kamar
mereka. Dia memerintahkan Hansel memakai sepatu botnya dan Gretel memakai
pakaiannya.
Sekali lagi mereka pergi ke arah hutan.
Namun, sebelum mereka pergi, sang penebang kayu diam-diam
menyelipkan sepotong roti kecil kepada Hansel. Hansel melihat ekspresi putus
asa di wajah ayahnya yang tersayang.
Hansel menyelipkan roti di sakunya, menghancurkan roti
tersebut menjadi remah-remah dan dengan wajah sedih mengikuti di belakang
ibunya dan saudara perempuannya yang terkasih. Setiap beberapa langkah kakinya,
ia menjatuhkan remah roti itu ke tanah.
Namun, ibu mereka tampak curiga pada Hansel.
"Hansel, apa yang sedang kamu rencanakan?"
Teriaknya.
Mendengar ibunya marah, Gretel dengan cepat menemukan cara
untuk mengalihkan perhatian ibu mereka:
"Ibu! Ibu! Peri hutan liar baru saja terbang ke
rambutmu!"
Karena panik, ibu Hansel dan Gretel mulai gemetar dan
menggeliat, dia merapikan rambutnya dan memekik ketakutan.
Hal tersebut memberikan Hansel waktu untuk mengejar
ketinggalannya.
"Kalian membuat ibu kesal dan marah. Cepatlah
SEKARANG," gerutu ibu mereka.
Mereka melakukan perjalanan beberapa mil lagi sampai mereka
tiba di tempat terbuka yang sangat kecil, bahkan lebih kecil dari sebelumnya.
"Ibu akan mencari tempat yang bagus untuk memotong
kayu. Kalian berdua, tetaplah disini! Ibu akan segera kembali kesini,"
perintahnya. Jadi, anak-anak menunggu dan menunggu DAN menunggu, tetapi ibu
mereka tidak pernah kembali lagi ke tempat Hansel dan Gretal berada.
Hansel menawari Gretel sepotong roti yang tersisa.
"Ini bukannya yang tadi kau jatuhkan di tanah,"
kata Gretel.
"Aku menjatuhkan sebagian batu lompatan kita yang
terakhir kali. Ibu membawa kita ke rute yang berbeda hari ini dan burung bodoh
itu pasti telah mencuri semua batu itu. Besok pagi kita jalan menelusuri jejak
remah-remah roti yang telah aku jatuhkan ke tanah, "Jawab Hansel.
"Pagi? Hansel! Aku tidak mau tinggal di sini
semalam," kata Gretel. Kemudian teringat akan kepanikan Hansel tadi malam,
Gretal mulai cemas, "Bagaimana dengan serigala? Bagaimana dengan—"
"Oke. Tidak ada serigala, beruang, cougars, rakun,
musang, atau tupai yang akan memangsa kita. Aku mengerti, apa yang kau rasakan.
Kita akan keluar dari sini," kata Hansel, menyela perkataan adiknya.
Mereka berjanji satu sama lain dan kemudian bersantai di
rawa yang sangat kecil, sambil mengistirahatkan kaki mereka dan bermain
tebak-tebakan. Tiba-tiba, hidung mereka dipenuhi dengan aroma manis yang aneh.
Mereka mengikuti aroma tersebut yang lebih kuat dan lebih lezat.
Mulut mereka meneteskan air liur, Hansel dan Gretel akhirnya
mendapatkan sumber aroma tersebut.
Di depan mata dan hidung mereka terdapat sebuah rumah yang
seluruh bangunannya terbuat dari permen yang tampak lezat dan manis.
Atapnya dilapisi dengan lapisan gula putih halus dan sirup
merah muda, pintu dorong terbuat dari permen karet yang diseduh dengan gula
yang berkilau, sungai cokelat dan susu berbusa mengalir di bawah jembatan roti
jahe yang mengarah ke pintu roti jahe, dan sebuah taman lolipop berada di depan
jendela gula besar yang dikristalisasi.
Sejenak Hansel dan Gretel berdiri dengan tertegun, dan
kemudian tanpa hati-hati atau ragu-ragu, mereka berlari ke rumah itu dan mulai
menjejali wajah mereka dengan penuh permen.
"Gadis kecil apa yang membuatmu datang ke rumahku
ini?" pekik suara aneh.
Hansel dan Gretel berhenti sejenak dan saling menatap, wajah
mereka berantakan dipenuhi permen.
"Ugh!" teriak mereka berbisik serempak.
"Oh, dua anak kecil!" suara itu memekik lagi.
Hansel dan Gretel berbalik dan menatap seorang wanita yang sangat kecil dengan
rambut acak-acakan mengenakan gaun merah muda panjang. Dia terlihat sangat aneh
dan berbau sangat lucu dan agak terlalu manis.
Wanita tua itu kemudian mengundang Hansel dan Gretel ke
rumahnya.
"Ada lebih banyak permen di sini! Permen segar,
manisanku!" dia memanggil mereka, memberi mereka isyarat di dalam
rumahnya.
Meskipun Gretel protes hati-hati, Hansel tetap berlari ke
rumah permen itu. Setelah beberapa saat berdiri di luar, wanita tua itu
mengeluarkan kepalanya yang bergigi bergerigi keluar dari rumah kecil itu dan
memberi isyarat kepada Gretel:
"Masuk, masuk. Ya ampun, kamu sangat cantik!"
Cerita Selanjutnya : Hansel dan Gretel 3 - Dongeng Jerman
Cerita Sebelumnya : Hansel dan Gretel 1 - Dongeng Jerman
Source : click disini
0 comments:
Post a Comment