Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Wednesday, August 10, 2016

Kancil dan Buaya - Dongeng Yunani

Courtesy of aghusmalik.net
dongeng anak dunia - Tersebutlah kisah keluarga dalam sebuah hutan yang kala itu sedang dilanda kekhawatiran karena lingkungan yang mereka tempati selain sudah padat juga kebutuhan untuk hidup sehari-harinya sudah semakin susah untuk didapatkan.

Inilah keluarga kancil yang dulu hidupnya sangat sejahtera, kini sedang berunding untuk segera pindah dari tempat tinggalnya sekarang, karena lingkungan hutan yang menyediakan makanan untuk keluarga semakin berkurang saja.

Ketakutan yang mereka khawatirkan memang sangat beralasan, sebab tanaman dan sayuran yang dulu melimpah ruah kini sudah susah didapatkan serta buah-buahan yang dulu dengan gampang dipetik pun sudah sangat jarang juga.

Bukan tanaman yang berkurang tetapi yang membutuhkan makanan tersebut terlalu banyak jumlahnya tidak sebanding dengan apa yang dihasilkan hutan di lingkungan tersebut.

Dahulu hutan yang di namai dengan sebutan hutan lingkar ini sangat nyaman di tempati keluarga kancil dan keluarga yang lainnya ketika penduduk hutannya tidak terlalu padat, namun setelah semua pendatang pada betah menetap di hutan lingkar dengan sendirinya lingkungan hutan lingkar menjadi padat dari penduduk pendatang dari luar.

Meraka saling berlomba mencari makanan, siapa cepat dialah yang akan mendapatkannya, sebab ketidak seimbangan antara jumlah penduduk hutan dan hutan yang menyediakan kebutuhan makanan sehari-harinya.

Sering kali terjadi perebutan makanan antara penduduk hutan, pertengkaran sering kali terjadi antar mereka yang pada akhirnya siapa yang kuat dialah yang akan mendapatkan makanan tersebut, hukum rimba kini telah berlaku di hutan yang dahulu damai aman serta sejahtera ini.

Perebutan daerah kekuasaan pun sering terjadi dan menjadi ajang yang biasa mereka perebutkan yang perkasa, dialah yang berhak atas daerah tersebut sebagai penguasa yang berhak atas semua isinya.

Keluarga kancil kini sedang dirundung kesusahan yang sangat mendalam karena selain susah dalam mencari makanan, keluarga ini pun harus berhati-hati dari pemangsa yang selalu haus darah dan kelaparan, dialah penguasa rimba sang raja hutan harimau.

Terdengar kabar angin tentang sebuah negeri hutan yang masih jarang penghuninya serta makanan yang begitu melimpah ruah seperti sayuran serta buah-buahannya.

Ingin rasanya bapak kancil membawa seluruh keluarganya cepat-cepat pindah ke tempat tersebut demi masa depan semua anak-anak anggota keluarga dan keturunannya.

"Bagaimana kalau kita semua pindah rumah dan menetap di hutan negeri seberang yang menurut keluarga burung yang telah berada disana hutannya sangat subur makmur?" bertanya bapak ketu sang pemimpin dari keluarga besar kancil di hutan tersebut kepada seluruh anggota keluarga yang hadir di tempat tersebut.

"Tepat sekali bapak ketua ketu!" seru sang kinkin, sang kancil dewasa yang terkenal dengan akal cerdiknya yang sudah tidak diragukan lagi.

"Saya telah berjumpa sahabatku si burung wiki yang akan pindah bersama keluarga hari ini, namun perjalanan menuju negeri hutan seberang bukanlah perjalanan yang aman dan juga sangat jauh, kita semua harus menghadapi medan berat dalam perjalanan tersebut," kata sang kinkin menuturkan penjelasan kepada sang ketua kancil bapak ketu.

"Dan yang paling utama kita akan melewati sebuah sungai pening yang sangat luas serta terkenal dengan aliran arusnya yang begitu deras! bagaimana kita bisa melewatinya?" kata utik sang Ibu kinkin.

"Apakah keluarga buaya bisa menolong kita semua?" kata bapak ketu. "Itu hal yang sangat mustahil kalau seandainya keluarga buaya mau menolong kita dengan begitu saja tanpa ada imbalan," katanya lagi sambil merenung memikirkan nasib dari seluruh anggota keluarga yang sedang dilanda kekhawatiran.

"Jangan putus asa, kita harus mencobanya untuk bernegosiasi dengan ketua dari keluarga buaya, karena ini menyangkut kelangsungan hidup kita semua, kita semua akan mati kelaparan di hutan ini," kata roko ayahnya kinkin.

"Kalau begitu kita akan kerumah sang ketua keluarga buaya, imbalan apa yang mereka inginkan dari kita kalau keinginannya seuai dan wajar saja, maka kita akan sepakati saja permintaan tersebut," kata ketu menutup pertemuan malam tersebut.

Esok pagi harinya. Bapak ketu, roko ayahnya kinkin dan kinkin sendiri pergi menuju rumah ketua keluarga buaya di pinggir sungai pening.

Sesampainya di rumah bapak ketua buaya, bapak ketu menyampaikan maksudnya untuk meminta pertolongan kepada bapak bingo sang ketua keluarga buaya yang berkuasa di sungai pening.

"Dengan senang hati, tentu saja aku akan menolong keluargamu bapak ketu, tenang saja kita bertetangga sudah sejak dahulu kala, tetapi ada syarat yang harus engkau penuhi!" tutur sang ketua buaya bingo.

"Oh tentu saja aku akan memenuhi syarat yang engkau ajukkan, katakan saja jangan segan-segan bapak bingo," berkata bapak ketu kepada bingo sang ketua buaya.

"Aku hanya menginginkan satu ekor keluargamu yang paling gemuk untuk aku jadi sarapan pagi ini," kata sang bingo ketua buaya yang sangat sombong itu.

Bapak ketu sangat terkejut dengan syarat tersebut, dia hanya bisa menggelengkan kepala saja, begitu kejamnya serta jahatnya buaya yang satu ini pikirnya dalam hati.

Lalu dia pun berlalu dari rumah sang ketua buaya bingo dengan hati yang sangat sedih sekali, "Lebih baik kita semua mati kelaparan dari pada menjadi santapan buaya yang jahat dan sangat kejam tersebut," gumam bapak ketu dalam perjanan pulang kerumahnya.

Dalam perjalanan pulang tersebut, kinkin terus memutar otaknya mencari jalan keluar yang paling baik, "ada satu cara yang akan menyelamatan kita semua bapak ketua!" seru kinkin lantang.

Lalu dia pun berbisik-bisik di telinga sang ketua keluarga kancil bapak ketu dan bapak ketua itu pun mangut-mangut tanda setuju.

Sesampainya di rumah keluarga besar kancil, mereka pun balik lagi berangkat menuju ke tepi sungai pening dengan membawa seluruh anggota keluarga yang jumlah semuanya adalah sepuluh ekor kancil termasuk bapak ketu, ayah ibu kinkin, kinkin sendiri dan anak-anak kancil yang lainnya.

"Bapak bingo ketua para buaya yang gagah perkasa penguasa sungai pening, kami semua keluarga kancil yang jumlahnya ada sepuluh telah setuju dengan syarat yang anda ajukkan kepada kami, pada hitungan kesepuluh ketua boleh memakan keluarga kami yang paling gemuk tentunya, namun aku ingin engkau menghitung dari angka nol untuk yang pertama menyeberang sungai ini," kata sang kinkin yang di percaya menjadi duta bicara dari pihak keluarga kancil.

"Baiklah aku setuju saja dengan apa yang engkau ajukkan, yang penting siang ini kami seluruh anggota keluarga buaya akan makan daging kancil yang terkenal sangat lezat," sahut bapak bingo senang sekali hatinya terbayang perutnya akan kenyang memakan makanan yang rasanya enak sekali.

"Baiklah, perintah anggotamu untuk segera berbaris sampai ujung sungai sana, kami akan segera menyereberang," kata kinkin kemudian.

Dengan cepat bapak bingo memerintahkan anggota keluarganya berbaris rapat sampai tepi sungai di ujung sungai seberang sana, keluarga kancil pun mulai meloncat pada hitungan nol untuk yang pertama menyeberang ke tepi ujung sungai sampai selamat.

Satu ekor kancil telah selamat menyeberang pada hitungan nol dan pada hitungan ke satu selamatlah dua ekor kancil berikutnya pada hitungan kedua selamatan tiga ekor kancil dan seterusnya dan seterusnya sampai pada hitungan ke sembilang selamatlah sepuluh ekor semuanya telah berada di seberang dengan hati yang sangat riang sekali.

Sementara bapak bingo menunggu loncatan hitungan kesepuluh yang di nanti-nantikan untuk menjadi santapan siangnya yang tidak kunjung datang loncat ke punggungnya, "Ketu manakah hitungan kesepuluh yang akan menjadi santapanku?" tanya sambil berteriak nyaring sekali, sang bapak bingo kesal sekali.

"Maaf bingo, kami semua sepuluh ekor kancil telah menyeberangi sungai pening ini. Jadi tunggulah, mungkin ada binatang lain yang kesepuluh mau ikut menyeberang bersama kami, sabar saja ya," sahut sang ketua kancil bapak ketu sambil tertawa dan berlari menjauh dari tepi sungai di seberang sana.

Tinggallah bapak bingo dan seluruh anggota keluarga buayanya yang dapat di perdaya oleh akal sang kancil yang sangat cerdik, bingo yang kuat gagah dan perkasa telah kalah dengan akal pintar dari sang kancil.

Kekuatan sebesar apa pun belum tentu menang melawan akal yang cerdik, maka bangunlah kekuatan dengan kemajuan berpikir.

Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih

Advertising - Baca Juga :
AESCHYLUS
Memanjakan Diri di Saat Weekend
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...